Mohon tunggu...
Irsyal Rusad
Irsyal Rusad Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Internist, FK UGM

Internist. Tertarik dng bidang Healthy Aging, Healthy Live, Diabetes Mellitus Twitter; @irsyal_dokter

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Stres Menyerang, Jantung pun Mengerang

30 Januari 2023   07:21 Diperbarui: 30 Januari 2023   08:58 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penyakit Jantung (Thinkstockphotos via Kompas.com)

Saya cukup sering merawat pasien penyakit jantung. Maklum, waktu itu belum ada spesialis penyakit jantung d kota saya praktek. Pasien-pasien dengan keluhan jantung, bahkan paru-paru-pun berobatnya ke dokter ahli penyakit dalam.

Dari banyak pasien jantung yang dirawat, ada beberapa pasien yang masih saya ingat, yang faktor risikonya atau pencetusnya kemungkinan karena "Emotional Stress."

Pasien pertama, seorang laki-laki, saya lupa umurnya, mungkin sekitar 50 tahun. Datang konsultasi dibawa anaknya dengan keluhan nyeri dada yang khas untuk serangan jantung, disertai mual, berkeringat banyak, agak sesak.

Menurut cerita anaknya waktu itu, sebelum sang Ayah mengeluh nyeri dada, bertengkar cukup lama dengan Ibunya. Tidak berapa lama kemudian saya lihat ayah jadi pucat, keringat bercucuran dan hampir jatuh sambil memegang dadanya.

Ketika saya tanya, "Apa sering melihat Bapak sama Ibu bertengkar?" "Ya dokter," jawab sang anak agak ragu.

Mendengar jawab sang anak, hati saya bergumam, barangkali inilah salah satu faktor risiko bapak ini mengalami serangan jantung. Stres berkepanjangan yang dapat menjadi racun bagi tubuhnya, baik fisik maupun psikis.

Pasien kedua, juga usia sekitar 50 tahun, laki-laki, profesi sebagai pegawai negeri. Mengalami serangan jantung ketika sedang mengikuti rapat.

Saya tidak tidak tahu pasti apa sebabnya beliau mengalami serangan jantung, tapi dari informasi yang saya dapat, Ia kelihatan sangat gelisah sebelum menyampaikan masalah kinerja di instansinya.

Nah, pada contoh dua kasus serangan jantung, kemungkinan besar sebagai faktor pencetusnya adalah stres. Menurut teori, stres, terutama stres kronis, merupakan salah satu faktor risiko penting penyakit jantung koroner.

Seperti diketahui, stres yang tidak terkendali mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan jantung. Stres dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah, denyut jantung meningkat---Anda merasa jantung berdebar lebih kuat dan kencang--irama jantung tidak teratur, konstriksi atau penyempitan pembuluh darah jantung. Semua ini dapat berakhir dengan serangan jantung dan kematian tiba-tiba karena jantung.

Dan, berkaitan dengan stres ini, ada studi yang pernah dilakukan dan menunjukkan bahwa puncak serangan jantung terjadi antara jam 7 dan 10 pagi, pada hari Senin, dengan kejadian serangan jantung 21% lebih tinggi dari hari-hari lainnya, dan yang paling rendah pada hari Sabtu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun