Mohon tunggu...
Irsyadul Umam
Irsyadul Umam Mohon Tunggu... Petani - Pelajar dengan keseharian ngopi dan sedikit melihat lingkungan sekitar

Corat Coret di toilet

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Disrupsi Perguruan Tinggi dan kebijakan konstruktif

20 Juni 2020   05:30 Diperbarui: 20 Juni 2020   06:22 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi lebih mirip  gerakan  radiasi bom atom yang dijatuhkan dini hari. Menyerang semua elemen secara tiba-tiba, ekonomi, institusi politik, struktur sosial terlebih kesehatan dan tak bisa dielakan sektor pendidikan juga merasakan imbasnya.

Beberapa waktu terakhir dunia pendidikan dipaksa beradaptasi secara radikal dan komprehensif. Revolusi dari sistem pembelajaran tatap muka menjadi pembelajara daring dipraktekan di seluruh jenjang pendidikan. Mulai perguruan tinggi, sekolah menengah, sekolah dasar hingga jenjang pendidikan anak usia dini.

Pembelajaran daring awalnya menjadi kegiatan yang tidak lumrah (abnormal) di institusi-institusi pendidikan. Namun karena tuntutan protokol kesehatan yang mengharuskan masyarakat melakukan pembatasan sosial pembelajaran daring menjadi kelumrahan baru (new normal). Selain pembelajaran, bahkan marak seminar online ( webinar) yang diselenggarakan institusi-institusi pendidikan terkhusus dunia kampus.

Transformasi  Masal Pembelajaran Perguruan tinggi

Disrupsi dahsyat terjadi di perguruan tinggi. Kemendikbud memutuskan pembelajaran di seluruh perguruan tinggi dilaksanakan secara daring. 

Ini menjadi kali pertama pembelajaran daring secara menyeluruh dipraktikan selama satu semester sampai ada kebijakan lebih lanjut. Kecuali untuk sejumlah aktivitas prioritas mahasiswa yang memengaruhi kelulusan pendidikan.

Seperti pemaparan  Nadiem dalam konferensi video Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Covid-19, Senin(15/6/2020). "Karena keselamatan adalah yang nomor satu, saat ini perguruan tinggi masih melakukan secara online sampai ke depannya mungkin kebijakan berubah. Tapi, sampai saat ini belum berubah, jadi masih melakukan secara daring. Itu adalah keputusan dari Kemendikbud saat ini,"

Alasan mengapa kampus dilarang untuk tatap muka, menurut Nadiem, universitas memiliki potensi mengadopsi dan beradaptasi pembelajaran jarak jauh lebih mudah ketimbang pendidikan menengah dan dasar. Keputusan final ini disepakati bersama oleh 3 kementrian notabene berkapasitas mengurus pendidikan saat pandemi yaitu kemendikbud, kemenag dan kemenkes.

Selain itu, kampus akan menjadi episentrum jika pembelajaran dilaksanakan tatap muka menjadi kekhawatiran berbagai akademisi.  Rektor Universitas Jember (Unej), Iwan Taruna, memaparkan dalam webinar yang diadakan FKIP Unej  "dari 31.796 mahasiswa aktif Unej, sekitar 76 persen di antaranya berasal dari daerah yang berstatus merah di Jawa Timur. Sehingga jika proses belajar mengajar secara tatap muka dilaksanakan di Unej, maka dikhawatirkan kampus akan menjadi episentrum baru penularan Covid-19. "Kita sangat berhati-hati dalam memutuskan akan membuka kampus atau meneruskan belajar secara daring," ujar Iwan.

Problem dan Dua Skenario 

Tam dan El Azar (2020) menyatakan pandemi virus corona menyebabkan tiga perubahan mendasar di dalam pendidikan global. Pertama, mengubah cara jutaan orang dididik. Kedua, solusi baru untuk pendidikan yang dapat membawa inovasi yang sangat dibutuhkan. Ketiga, adanya kesenjangan digital menyebabkan pergeseran baru dalam pendekatan pendidikan dan dapat memperluas kesenjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun