Mohon tunggu...
Irsyad AdDakhil
Irsyad AdDakhil Mohon Tunggu... Penulis - Hanya ingin menulis!

Menulis apa yang ingin ditulis, itu saja!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebuah Novel dari Abangku dan Gorengan Ibu Kantin

1 Desember 2020   20:48 Diperbarui: 1 Desember 2020   20:58 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Malam ini, Selasa 01 Desember 2020. Aku mendapat sebuah kiriman dari abangku. Dia mengirimi aku sebuah novel filsafat dengan judul "Dunia Shopie". 

Sepintas aku merasa senang karena aku mendapat sebuah novel. Tapi di satu sisi aku malah bingung dan bertanya-tanya, "mengapa abang mengirimiku novel filsafat? Padahal aku tak pernah bilang sama dia kalau aku suka dengan filsafat? Apakah dia ingin aku belajar filsafat atau dia hanya ingin memberiku sebuah novel saja tanpa ada maksud yang lain?"

Tanpa berlarut-larut dalam kebingungan yang lebih dalam lagi, aku pun membuka novel tersebut dan membacanya. Sampailah aku pada sebuah kalimat yang tertulis, "Satu-satunya yang kita butuhkan untuk menjadi filosof yang baik adalah rasa ingin tahu". 

Aku pun mulai tersadar satu hal, dimana sebelum membaca novel ini ternyata aku telah melakukan sesuatu yang dapat mengantarkanku menjadi seorang filosof yang baik, yaitu dengan rasa keingintahuanku mengapa abang mengirimkan sebuah novel filsafat padaku?

Setidaknya setelah membaca kalimat tersebut, aku memiliki sekurang-kurangnya dua persepsi yang entah apakah ini persepsi yang datang sebagai jawaban atas pertanyaanku itu atau sekadar khathar (lintasan pikiran yang datang secara spontanitas)?

Pertama, aku memiliki persepsi bahwa abangku benar-benar menginginkan aku belajar filsafat. Hal ini terbukti dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benakku setelah seper-sekian detik kuterima novel ini darinya.

Aku tak tahu secara pasti, kata seorang teman yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Pascasarjana ketika kutanya tentang filsafat. Dia menjawab, "intinya filsafat itu adalah proses bertanya tentang segala sesuatu lalu kita berusaha mencari jawabannya". 

Sampai sejauh ini, aku telah berpikiran bahwa aku akan benar-benar menjadi seorang filosof karena sering kali aku bertanya tentang sesuatu lalu aku mencari jawabannya sendiri. Kedua, persepsi yang muncul kemudian adalah ternyata berfilsafat jauh lebih mudah daripada belajar filsafat itu sendiri. Mengapa demikian?

Filsafat sebagai sebuah disiplin keilmuan dan bahkan telah menjadi satu program studi khusus dalam perguruan tinggi, memiliki kompleksitas yang sulit untuk dipelajari dan diingat-ingat. Karena filsafat dipelajari mulai sejarah munculnya hingga perkembangannya. Hal ini tak lain dengan saat kita dituntut untuk menghafal sejarah munculnya ushul dan qawaid fikih sebagai suatu disiplin keilmuan.

Jauh lebih kompleks dari itu semua, teori-teori serta segala macam yang berkaitan dengan filsafat pada dasarnya tak sepenuhnya membantu kita untuk menjadi filosof yang sekeren socrates, plato, aristoteles wa akhawatuha. Meskipun tujuan dibentuknya disiplin ilmu filsafat bukan untuk mencetak kader-kader filosof. Tapi bagaimana kita bisa menggunakan akal -sebagai nikmat terindah yang Tuhan ciptakan dalam jasad kita- dengan sebaik-baiknya dan berotasi pada lintasannya yang tepat. 

Filsafat dalam tataran praktiknya, datang dan berposisi 180 derajat dengan filsafat sebagai teori dan kajian keilmuan. Kalau hanya dengan bermodal segudang pertanyaan lalu kita mencari jawaban untuk pertanyaan itu ---dalam hal ini tak urus apakah kita menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut atau tidak? Karena yang namanya mencari, bisa saja ketemu dan juga bisa tidak- kita sudah bisa disebut sebagai seorang filosof meski masih dalam predikat beginner. Lalu, untuk apa sebenarnya kita repot-repot belajar filsafat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun