Medan --Â Peristiwa pembakaran Bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mencaplok Kalimat Tauhid Umat Islam oleh Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Garut, yang imbasnya menuai kontroversi di tengah-tengah ummat. Membuat salahsatu ketua organisasi kemahasiswaan Islam angkat bicara.
Adalah Ketua PKC PMII Sumut (Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Azlansyah Hasibuan menilai bahwa pembakaran bendera tersebut merupakan 'gorengan' untuk membuat kegaduhan yang perlu dihindari.
"Kalau Kalimat Tauhid yang tertulis dalam bendera Rasulullah SAW saat perang, itu sudah keputusan final ummat Islam untuk dijaga dihargai bahkan dibela dari semua penoda dan perongrong serta lawan-lawan ummat Islam," kata Azlansyah, Kamis Petang, (25/10).
Sementara soal pembakaran bendera di Garut, terangnya, sudah terang dan jelas dalam rekaman YouTube, bahwasannya di situ sudah tegas mengarah kepada pembakaran bendera milik HTI, bukan bendera ummat Islam apalagi membakar kalimat Tauhid.
BACA JUGA : Final Revenge
Secara kelembagaan, jelas Azlansyah, Banser itu merupakan banom organisasi Ansor yang menyatakan diri sebagai organisasi Islam. " Jadi sangat mustahil organisasi tersebut membakar kalimat Tauhid atau Bendera Rasulullah SAW," tukasnya.
Anehnya, kini opini di tengah-tengah ummat terbangun, bahwa pembakaran tersebut adalah pembakaran Kalimat Tauhid atau Bendera Rasulullah SAW. "Ini jelas berseberangan dengan fakta. Dan disisi lainnya sekaligus menjadi petunjuk bahwa terbangunnya opini di tengah-tengah ummat adalah 'gorengan' sekelompok orang untuk membangun kebencian terhadap kelompok lain," tukasnya.
Dijelaskan Azlansyah, dengan terciptanya opini yang digoreng itu, maka kebenncian suatu kelompok kepada kelompok lain akan terbangun akan menjadikan kegaduhan, namun sekaligus menjadi keuntungan politis bagi kelompok yang 'menggoreng' persoalan pembakaran bendera HTI itu. "Apalagi momentumnya saat ini adalah Pemilihan Umum (Pemilu)," ujarnya.
BACA JUGA : Pelajaran Hidup Dari Pohon
Parahnya lagi, sambung Azlansyah, prihal di Garut yang sudah tegas duduk persoalannya dalam pembakaran tersebut terus digulirkan "Bahkan ibadah Sholat Jumat pun kini mulai terusik dan dijadikan agenda untuk gerakan aksi jalanan guna terus 'menggoreng' peristiwa pembakaran itu.
Kalau dilihat sisi subtansi atau hakiki Islam, tegas Azlansyah, menjadikan ajaran atau simbol Islam sebagai komoditi politik untuk merebut jabatan sangatlah tidak etis. "Beda halnya, Rasulullah SAW menggunakan ajaran atau simbol Islam memang untuk membesarkan atau membangun Islam, alias bukan untuk membesarkan kelompok di luar Islam," bilang Azlansyah mengurai ajaran Islam.