Mohon tunggu...
Irna NurulAina
Irna NurulAina Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Syukur, sabar dan tawakal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Pihak Saja

18 Februari 2020   03:04 Diperbarui: 18 Februari 2020   03:25 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya Alloh... banyak bangett inii ga mungkin selesai..." keluhku.

     Handphoneku menyala dan bergetar sesekali namun aku tak menghiraukannya , aku tetap dengan pekerjaanku. Mataku mulai lelah terus menerus melihat layar komputer yang ada dihadapanku. Akupun akhirnya memutuskan untuk mencuci wajahku dan rehat sejenak dari pekerjaanku. Seketika itu aku terdiam dan melamunkan suatu hal yang juga pernah ku alami semasa dulu peristiwa yang kondisinya hampir sama dengan kondisiku saat ini. Tapi hatiku merasa sedih kala teringat kembali masa itu, masa yang akhirnya menghancurkan semua imaji yang sudah terbangun diatas mimpi indah untuk masa depan yang begitu bahagiannya.

      Ya, seketika itu aku teringat kejadian yang membuat hancurnya persahabatan yang sudah kita bangun perlahan. Kisah itu menjadi coretan tinta hitam yang kelam dan menjadikan warna lain tak berarti sebab ia yang mendominasi. Ungkapan tak kenal maka tak sayang seolah telah luntur bagi kita. Kita yang dahulu kerap kali bertegur sapa sekarang hanya melihat tanpa tergores senyum yang indah sebagai tanda kehangatan dan keramahan kita. Seolah tak kenal walaupun kenal dan itu memang terasa menyakitkan.

     Getaran handphoneku membuyarkan lamunan, dengan sigap aku langsung mengambilnya diatas meja. Ternyata hanya beberapa balasan pesan whatsapp dari kekasihku dan beberapa pesan dari yang lainnya. Ketika ku scroll ke bawah ada satu balasan pesan komentar dari orang yang tak kusangka akan membalasnya, padahal saat itu aku hanya ingin mengomentari status yang ia buat saja tanpa ada maksud apa-apa. Perasaanku campur aduk saat itu terlebih ketika melihat kata berwarna hijau bertuliskan mengetik dibawah nama dia. Aku langsung keluar dari aplikasi whatsapp dan mulai deg-degan dengan pesan apa yang akan dia kirimkan kepadaku.

   "Maaf tak mengubah apapun". Pesannya untukku. Aku langsung membalasnya  "Tapi setidaknya aku sudah berusaha untuk meminta maaf!" balasku terhadap pesannya ."Maaf hanya kata" Tuturnya membalas pesanku. Ketika aku ingin mengetik pesan untuk membalasnya dia melanjutkan pesannya itu dengan mengetik kembali sebuah pesan dan aku memutuskan untuk menunggu pesannya terlebih dahulu. "Tapi tindakan lebih dari itu" lanjutnya. Awalnya kau bingung harus ku jawab apa agar dia mengerti bahwa maaf yang ku lontarkan tak hanya sebuah kata yang tak bermakna, aku juga tau dan paham betul dia mungkin masih merasakan kekecewaan yang dulu dan memang hanya kata maaf yang saat itu ada untuk disampaikan. Mungkin dia muak akan semua maaf itu.

    Aku lantas menjawab pesannya dengan tegas "Kata itu memang tak menunjukan tindakan tapi setidaknya aku tau diri kalo aku mungkin melakukan kesalahan yang dirasa atau tak kurasa". Beberapa menit setelah ku kirim pesan itu dia tak menjawab dan malah merubah tulisan dibawah namnaya itu dengan kata 'terakhir dilihat hari ini pukul 23.32'. Sudahlah aku tak mau ambil pusing dengan sikap dia yang tak berubah-berubah sejak kejadian itu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun