Embun pagi basahi daun talas didepan rumahku suara kokokkan ayam jantan menandakan hari telah berganti. Aku bersiap untuk berangkat ke sekolah. Kicauan burung menemani perjalananku, kabut tipis masih hadir dalam suasana pagi itu. Sang fajar telah menampakkan cahayanya. Seiring waktu kabut itu menghilang dan mulai terasa kehangatan.
Pohon-pohon yang menyediakan oksigen membuat udara pagi dihirup dengan nyamannya. Sampailah aku ditempat penimbaan ilmu ini. Setelah berjalan menaiki beberapa anak tangga, aku bertemudengan Anida. Tak seperti biasanya dia duduk sambil melamun di atas bangku yang biasa  kita duduki bersama.
"Da kamu kenapa?" Tanyaku padanya sambil menepuk bahunya
"Engga, gapapa kok" Elaknya yang terkaget akan pertanyaanku
"Bener??" Tanyaku lagi
"Iya, gapapa beneran.." Jawabnya lagi
  Akupun mengajaknya untuk ke kelas bersama-sama. Sudah sejak lama aku mengetahui bahwa dia pernah menyimpan rasa terhadap Gino, walau mungkin tak pernah ada yang sadar akan rasa yang ia miliki. Setelah kisah kemarin yang membeberkan dan menegaskan rasa suka Ramadhan terhadap Tammy, sekarang aku paham semua masalah yang sedang kita hadapi adahal hal yang rumit dimana apa yang mereka cintai tak mencintai mereka. Tanpa berfikir panjang rencana imajinasiku melenceng dari garis awal perencanaan yang ku buat itu.
***
   Hari ke hari bulan ke bulan semua silih berganti tanpa diminta begitu mandirinya. Terdengar suara jarum jam yang menemani heningnya malam, disebuah ruangan ternyamanku yang hanya disinari lampu kelap-kelip yang indah saat itu. Aku membuka kembali lembaran-lembaran lama yang telah aku simpan beberapa tahun lalu. Banyak sekali kenangan yang ada didalamnya. Terasa indah memang jika membayangkan masa-masa kebersamaan yang hangat dan penuh canda tawa, penuh kekonyolan dan tak luput dari tangisan.
"Aku rindu kalian" ucapku dalam hati sambil tersenyum melihat selembar foto kebersamaan kita..
  Jarum jam menunjukan pukul 21.00 aku terkaget dan langsung mengambil laptop yang ada di tasku. Aku teringat masih banyak tugas yang belum kukerjakan. Aku tau aku yang salah aku yang banyak menunda pekerjaan-pekerjaanku, aku yang lalai dengan semua ini dan akhirnya kau sendiri yang akan menuai akibatnya. Lagi-lagi mala mini aku tak bisa tidur karena harus mengerjakan segudang pekerjaan yang sudah menjadi baying-bayang setiap hariku.