Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berpuasa Bicara

6 Maret 2021   14:38 Diperbarui: 6 Maret 2021   14:38 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tubuh manusia dilengkapi dengan seperangkat alat ucap yang bisa menghasilkan bunyi bahasa. Dengan bahasa itulah kemudian manusia berbicara dengan beragam tujuan.  Berbicara menjadi salah satu kelebihan makhluk Tuhan yang sejatinya harus digunakan untuk kemaslahatan.

Bicara dalam Kamus Besar Bahasa  Indonesia (KBBI) dimaknai dengan berbahasa, berbeka(-beka), berbicara, berbincang(-bincang), bercakap(-cakap), berdembai-dembai, berkata, berkecek(-kecek), berlabun-labun, beromong-omong, berseru, bertalaran, bertutur, berucap, berujar, buka mulut, melisankan, menceritakan, mengecek, mengisahkan, mengobrol, mengoceh, mengomong, menuturkan, menyebut. Rupanya makna bicara cukup banyak karena ia meliputi aktivitas manusia yang bertalian dengan penyampaian pesan lisan. Pantas saja sulit bagi manusia untuk diam, tidak berbicara walau hanya sekejap, kecuali sedang terlelap.

Bicara juga layak dua mata pisau. Ia bisa bagaikan penyejuk jiwa yang dalam waktu singkat bisa membuat orang bahagia, senang, atau jatuh cinta. 

Tapi sebaliknya kalimat yang dilantunkan bisa juga membuat orang marah, sakit hati  dan terluka bahkan perangpun bisa terjadi. Maka tidak heran ada pepatah mengatakan silence is golden "diam itu emas",  atau "sedikit bicara banyak bekerja". 

Tentu saja pepatah itu tidak bisa mewakili seluruh aktivitas komunikasi lisan manusia karena kadang kala manusia memang harus bicara. Di sisi lain, meminta orang untuk tidak berbicara  bukan perkara mudah, karena akhirnya kita akan dibenturkan kepada "hak azazi" yang kerap kali justru melanggar hak orang lain juga.

Tampaknya , di masa yang tidak mudah ini, pandemi menyerang, bencana datang, demokrasi yang kebablasan merupakan  waktu tepat bagi  manusia untuk mengawasi dengan ketat "nafsu" berbicara dengan alasan apapun, berpuasa bicara.  

Walaupun "panggung" tersedia untuk berbicara, hentikan sementara waktu keinginan untuk berbicara  terlalu banyak tentang politik, tentang kebijakan pemerintah, tentang orang lain, dan seribu tentang lainnya. Anda boleh menetapkan berapa lama harus berpuasa bicara dalam sehari.

Walaupun tidak ada ajaran agama yang mewajibkan manusia untuk berpuasa bicara, tapi yang pasti  jika dilakukan dengan benar berpuasa akan banyak manfaatnya. Puasa mampu mengeluarkan racun dalam tubuh, menghilangkan kebiasaan buruk, nafsu durjana  dan keserakahan serta melatih kepekaan atau empati. 

Begitu pula dengan berpuasa bicara,  Pemilik Bumi dan Langit akan menutup aib orang  yang diam karena terhindar dari berkata salah, menyakiti, merendahkan ataupun berkata keji pada orang lain. Selain itu, "korban" yang semula digunjingkan akan terbebas dari "penelanjangan".

Jika orang terbiasa membicarakan apapun juga, baik urusan penting maupun tak penting, berpuasa bicara pasti tidak terlalu mudah dan  harus dilakukan dengan segala daya dan upaya. Ia harus mampu memilah-milah "cerita" mana yang tidak perlu diungkap karena sesungguhnya tidak memiliki kemaslahatan. 

Selain itu, Ia juga harus berani dan mau menurunkan derajat  "keterkenalan" dunia yang kerap kali memberatkan manusia mengorbit ke langit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun