Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jangan Remehkan Mereka yang Sering Pulang Tenggo

31 Oktober 2016   10:32 Diperbarui: 31 Oktober 2016   12:51 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration: s-sa.co.uk

"Jam segini udah pulang? Mau kemana sih? Gak solider nihh..", kata rekan kantor saya ketika saya sudah bersiap-siap hendak pulang pukul 17.15 (ngomong-ngomong, ini memang waktu pulang kantor saya).

Saya rasa banyak dari Anda yang pernah ditanya pertanyaan yang sama. Dan mungkin akan ada macam-macam jawaban yang dilontarkan. Saya yakin ada banyak juga yang mengalami dilema tentang jam pulang kantor ini. Inginnya pulang tenggo, tapi merasa tidak enak pada rekan yang lain karena masih bekerja (terutama ketika bos besar masih ada). Padahal target pekerjaan kita hari itu sudah selesai. Akhirnya tak sedikit juga dari kita yang akhirnya sesekali memilih untuk tetap duduk barang 15 - 30 menit selepas jam kerja hanya supaya 'dilihat' bahwa kita juga memiliki dedikasi yang tinggi pada perusahaan (padahal mungkin 15 menit sebelumnya kita sudah browsing internet dan melakukan kegiatan tidak penting lainnya). Ngaku saja, kalian juga seperti itu kan?

Lalu apakah seorang karyawan yang dikatakan memiliki dedikasi tinggi pada perusahaan dilihat dari kuantitas jam kerja? Jujur saja saya tidak setuju dengan pandangan tersebut. Bukan hanya karena semata-mata saya penganut jam tenggo ya. Tapi lebih kepada esensi dari jam tenggo itu sendiri (cieileeehhh, esensi..).

Beberapa hal inilah yang menjadi pegangan saya ketika orang lain menganggap saya tidak solider, tidak berdedikasi, atau mungkin tidak patut dicontoh ketika saya memilih untuk selalu pulang tenggo:

1. Manajemen Waktu

Orang yang berusaha pulang tenggo, berarti ia bisa mengatur waktunya dengan efektif dan efisien. Mereka sudah merencanakan atau minimal membayangkan apa yang akan mereka kerjakan hari itu dan menggunakan waktu kerjanya sebaik mungkin mulai pagi saat energi mereka sedang penuh-penuhnya untuk mengerjakan hal-hal yang sudah diagendakan. Bukannya ha-ha hi-hi atau menggunakan waktu kerjanya dengan kegiatan tidak penting, sementara ketika menjelang sore baru "ON". Bercanda, browsing internet, membaca buku favorit dan lainnya memang diperlukan untuk mengistirahatkan mata, tubuh dan pikiran. Tapi mereka tahu ini hanya sekadar intermeso.

2. Keseimbangan Hidup

Orang yang berusaha pulang tenggo, berarti ia memiliki 'kehidupan lain' di luar rutinitas pekerjaannya dan tidak hanya diisi dengan kehidupan kantor. Bagi yang sudah berkeluarga, tentunya mereka juga ingin memiliki waktu khusus dengan keluarga setiap harinya, maka pulang tenggo adalah suatu bentuk usaha untuk menyeimbangkan waktu bekerja dan membina keluarga. Bagi yang belum berkeluarga pun, saya yakin mereka juga memiliki kehidupan lain seperti bersosialisasi dengan teman-teman di luar rekan kantor, olahraga, melakukan hobi atau bahkan menekuni bisnis lain. Keseimbangan ini sangat diperlukan untuk menjaga seseorang tetap waras dan terhindar dari serangan depresi. Nah loh!

3. Kualitas, Bukan Kuantitas

Orang yang berusaha pulang tenggo, mengerti bahwa yang terpenting dalam produktivitas seseorang adalah kualitas dan bukan kuantitas. Seseorang yang berusaha selalu pulang tenggo tanpa mengabaikan pekerjaannya tentu lebih bisa disebut berdedikasi dibandingkan mereka yang sering lembur tapi produktivitasnya biasa-biasa saja. Mereka yang selalu pulang terlambat, mungkin malah perlu dipertanyakan tentang kemampuannya dalam me-manage waktu.

4. Memiliki Waktu Istirahat yang Cukup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun