Ketika merencanakan perjalanan mudik ke Pulau Samosir akhir tahun 2024 lalu, kami sempat ragu apakah harus singgah di Kota Medan atau tidak.
Selain karena waktu kami yang cukup terbatas, tempat-tempat yang ingin kami kunjungi lebih banyak berada di area Toba dan sekitarnya.
Namun akhirnya kami berubah pikiran dan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke beberapa tempat di Kota Medan selama dua hari terakhir menjelang kepulangan kami ke Jakarta.
Dari hasil penelusuran kami di dunia maya dalam mencari rekomendasi tempat menarik untuk dikunjungi dalam satu hari, akhirnya pilihan kami jatuh pada Istana Maimun, Graha Maria Annai Velangkani, dan Tjong A Fie Mansion. Kalau dipikir-pikir, ternyata masing-masing dari ketiga tempat ini memiliki ciri khas budaya yang berbeda.
Mulai dari Istana Maimun yang bernuansa Islami khas kesultanan Deli di masa lampau. Kemudian ada Graha Maria Annai Velangkani, gereja Katolik dengan arsitektur bergaya India-Mughal. Hingga Tjong A Fie Mansion yang merupakan salah satu cagar budaya di Kota Medan berupa bangunan dengan arsitektur khas Tionghoa-Melayu. Dari ketiga tempat tersebut, Tjong A Fie Mansion menjadi tempat yang paling menarik perhatian saya dan tentunya sangat berkesan.
Sekilas tentang Tjong A Fie
Pertanyaan pertama di kepala saya, siapa sebetulnya Tjong A Fie ini? Mengapa dia begitu terkenal di Kota Medan hingga tempat tinggalnya bisa dijadikan cagar budaya?
Menurut beberapa sumber yang saya baca dan tentunya keterangan yang disampaikan oleh tour guide saat kami berkunjung ke sana, Tjong A Fie adalah seorang pedagang berkebangsaan Tiongkok yang berasal dari Provinsi Guangdong.
Tjong A Fie lahir pada tahun 1860 dan di usianya yang terbilang muda, ia meninggalkan Tiongkok Daratan dan merantau bersama saudara laki-lakinya ke Labuan Deli di Pulau Sumatera.