Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Mudik Para Perantauan: Mudik Boros, Tak Mudik Mellow

10 Maret 2025   07:00 Diperbarui: 10 Maret 2025   10:07 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Danau Toba dan Bukit Sibea-bea di kejauhan (dokumentasi pribadi)

Tahun 2025 belum sampai pertengahan, tapi tak terasa bulan Ramadan sudah tiba. Itu artinya momen mudik lebaran juga sudah di depan mata.

Siapa yang sudah tidak sabar untuk pulang bertemu orangtua, sanak saudara dan handai taulan di kampung halaman? Siapa yang sudah bersiap-siap berburu tiket mudik atau bahkan berbelanja oleh-oleh untuk dibagi-dibagikan.

Libur lebaran dan libur nataru (natal dan tahun baru) selalu menjadi momen yang ditunggu para perantauan setiap tahun. Entah mereka yang pergi merantau ke luar kota, luar pulau, atau bahkan 'kabur aja dulu' luar negeri.

Di momen inilah mereka biasanya berbondong-bondong menempuh jarak puluhan, ratusan, hingga ribuan kilometer untuk pulang. Mereka bahkan rela menghabiskan banyak uang dan merasakan letih di perjalanan untuk menempuh jalan pulang.

Hampir setiap tahun pula, saya menonton liputan seputar mudik di televisi. Mulai dari tren kenaikan harga tiket transportasi umum saat momen libur lebaran dan nataru, euforia belanja persiapan dan pernak-pernik hari raya, status ketersediaan logistik, hingga kepadatan pemudik selama arus mudik dan arus balik. Semuanya melibatkan adanya waktu, uang, dan tenaga yang harus dikorbankan.

Pertanyaannya, is it all worth it?

Pelabuhan Ambarita di Pulau Samosir (dokumentasi pribadi)
Pelabuhan Ambarita di Pulau Samosir (dokumentasi pribadi)

Mudik Boros, Tak Mudik Mellow

Kata 'mudik' berasal dari bahasa Jawa 'mulih dhisik' yang kurang lebih berarti 'pulang sebentar'.

Menurut para pengamat sosial, kata 'mudik' ini mulai terkenal sejak tahun 1970an, dimana saat itu pembangunan mulai banyak dilakukan di kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun