Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Vitamin D dan Imunitas di Masa Pandemi Covid-19

1 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 1 Agustus 2021   17:09 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kapsul Vitamin D (Sumber: Michelle Blackwell via unsplash.com)

Boleh dikatakan hingga saat ini masih menjadi perdebatan di antara para ilmuwan. Hal ini karena kebutuhan Vitamin D di setiap negara juga berbeda. Sebagai contoh, Indonesia memiliki nilai AKG Vitamin D yang diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan.

Dikutip dari Permenkes nomor 28 tahun 2019, Angka Kecukupan Gizi (AKG) berarti suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup sehat.

Angka Kecukupan Gizi Vitamin D pada pria dan wanita dewasa umumnya 15mcg/hari (setara 600IU/hari), sementara pada lansia 20mcg/hari (setara 800 IU/hari).

Indonesia sebagai negara tropis yang memiliki sinar matahari sepanjang tahun, sebetulnya menjadi suatu privilege bagi kita untuk bisa memperoleh Vitamin D aktif yang cukup dalam tubuh. Apalagi sebagai negara maritim, kita juga memiliki kekayaan sumber Vitamin D yakni ikan. 

Sayang kan kalau tidak dimanfaatkan? Jangan sampai kita ditenggelamkan karena tidak mau makan ikan dari laut sendiri. Hihihi…

Ilustrasi reaksi aktivasi Vitamin D (Sumber: researchgate.net)
Ilustrasi reaksi aktivasi Vitamin D (Sumber: researchgate.net)

Tapi seiring dengan perubahan gaya atau pola hidup seperti bekerja di dalam ruangan terus menerus, pergi pagi pulang malam, konsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang, kurangnya waktu olahraga di ruang terbuka, penggunaan sunscreen, hingga pakaian yang tertutup, malah membuat kita berpotensi mengalami defisiensi (kekurangan) Vitamin D.

Beberapa jurnal penelitian menyebutkan bahwa kondisi defisiensi Vitamin D dapat didefinisikan ketika kadar serum (dalam darah) Vitamin D kurang dari 20 ng/ml. 

Beberapa gejala defisiensi Vitamin D misalnya kelelahan, kepadatan tulang menurun, nyeri otot, rambut rontok, hingga membuat sistem imun melemah.

Selain itu, defisiensi Vitamin D yang berkepanjangan dapat menyebabkan rakhitis (bentuk tungkai kaki seperti ‘O’ atau ‘X’), osteomalasia (kelainan pada tulang karena sulit mengeras sehingga menjadi mudah rapuh dan patah), komplikasi kardiovaskular, hingga masalah autoimmune.

Vitamin D dan Kaitannya dengan Imunitas Selama Pandemi Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun