Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Mengenal Penggolongan Obat Itu Penting Lho!

3 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 15 April 2022   21:22 14522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: myriam zilles via unsplash.com

Sedangkan untuk perubahan kategori obat contohnya Vitamin E (dari Obat Bebas Terbatas menjadi Suplemen Kesehatan), Chlorhexidine (sebagai antiseptik untuk mengatasi radang gusi, biasanya digunakan untuk berkumur) berubah kategori dari Obat Bebas menjadi Alkes/PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga).

Tentunya perubahan golongan obat ini didasarkan pada pertimbangan manfaat dan risiko, termasuk bagaimana data klinisnya serta status keamanannya di negara-negara lain. 

Sebagai contoh, perubahan golongan obat dari Obat Keras yang memerlukan resep menjadi OTC dapat dikatakan sebagai bentuk deregulasi untuk mendukung Swamedikasi.

Peran Apoteker dalam Pelaksanaan Swamedikasi

Istilah Swamedikasi (Self Medication) ini kurang lebih dapat diartikan sebagai suatu usaha pengobatan yang dilakukan oleh diri sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan gangguan ringan. 

Swamedikasi ini sebenarnya sudah cukup umum dilaksanakan di negara-negara lain, termasuk di Indonesia. Meski demikian, Swamedikasi bukan berarti membebaskan masyarakat untuk membeli obat sembarangan.

Peningkatan swamedikasi biasanya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan informasi, meningkatnya pengetahuan masyarakat dan akses terhadap obat. 

Jenis obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi terbatas hanya pada obat dengan dot hijau dan biru, obat tradisional, dan suplemen kesehatan. 

Namun demikian justru disinilah peran penting apoteker dibutuhkan, mengingat ada beberapa risiko yang muncul akibat swamedikasi seperti, misdiagnosis, habituasi, reaksi alergi, dosage problem, dan interaksi obat.

Jadi apa saja sih peran seorang Apoteker dalam swamedikasi sebagai salah satu tujuan dari Permenkes yang baru ini?

Menyediakan Informasi Obat yang Objektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun