Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Menerima Vaksin Covid-19

15 Januari 2021   18:08 Diperbarui: 16 Januari 2021   09:38 2400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya juga mau mengingatkan bagi yang sudah menerima vaksin seperti saya, apabila setelah menerima vaksin mengalami reaksi yang tidak biasa pada tubuh, jangan lupa untuk dicatat dan dilaporkan pada tenaga kesehatan di faskes tempat kita memperoleh vaksin. Ini juga disebut sebagai pengawasan post-market (farmakovigilans) terhadap obat baru.

Sumber: @kemenkes_ri
Sumber: @kemenkes_ri
Sekilas tentang Vaksin Covid-19

Sesuai informasi yang beredar, Indonesia sudah menerima vaksin dari Sinovac dan sudah mulai diberikan ke masyarakat sejak tanggal 13 Januari lalu sesuai tahapan prioritas penerima yang telah ditetapkan.

Dari trending topic yang saya perhatikan, banyak yang membandingkan bahwa vaksin dari Sinovac tidak lebih baik daripada vaksin buatan Pfizer karena efikasinya (dari uji klinik yang dilakukan di Indonesia pada 1620 relawan) 65.3%, sementara efikasi vaksin Pfizer memiliki efikasi 95% dari uji klinik terhadap 43.448 orang dan 45% orang lansia.

Tapi perlu diingat, tingkat efikasi di setiap negara pasti berbeda-beda. Tergantung respons tubuh masing-masing orang dan perilaku masyarakatnya.

Obat yang ditetapkan sebagai Emergency Used Authorization (EUA) oleh badan otorisasi setempat tetap harus memenuhi persyaratan atau standar yang sudah ditetaplan sebelum disebarluaskan ke masyarakat. Contoh, efikasi yang dipersyaratkan WHO untuk obat EUA adalah di atas 50%.

Bagi yang masih bingung, EUA adalah persetujuan penggunaan obat selama kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat untuk obat yang belum mendapat izin edar atau obat yang telah mendapatkan izin edar, tapi dengan indikasi penggunaan yang berbeda (indikasi baru) untuk kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat.

Beberapa kriteria EUA antara lain: telah ditetapkan kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat oleh pemerintah, mutu obat sesuai standar dan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), belum ada alternatif pengobatan/tata laksana yang memadai, tersedia bukti ilmiah yang cukup terkait keamanan (safety) & khasiat (efficacy), serta manfaat lebih besar dari risiko.

Selain efikasi, aspek lain yang harus diutamakan adalah safety (keamanan). Efficacy dan safety dalam suatu produk obat, belum tentu berbanding lurus.

Bisa saja suatu obat efikasinya tinggi, tapi safety-nya rendah sehingga berisiko banyak menimbulkan efek samping. Ada juga yang safety nya tinggi, tapi efikasinya biasa-biasa saja. Kalau menurut saya sih justru yang paling penting harus aman dulu.

Selain soal efikasi dan safety, perlu dipertimbangkan juga teknologi pembuatan vaksin. Vaksin Sinovac menjadi yang pertama dibeli karena dibuat dengan teknologi inactivated vaccine. Artinya, vaksin dibuat dari virus yang sudah dimatikan dengan zat kimia tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun