Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sudah Gak Zaman Melatih Kekuatan Mental Maba dengan Ngomel dan Bentak!

16 September 2020   14:24 Diperbarui: 17 September 2020   11:58 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membentak mahasiswa baru ketika ospek. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Ya kalau begitu kenapa tidak keluar saja semua ya? Atau mogok seangkatan, atau mengadu ke kepala sekolah sekalian. Tapi masalahnya saat itu kondisinya belum seperti sekarang, dimana tradisi senioritas semacam itu masih biasa dan normal.

Namun herannya saya tetap bisa bertahan hingga akhir, bahkan hingga ada adik-adik kelas yang mendaftar sebagai anggota / angkatan baru, dan angkatan saya 'naik pangkat' menjadi senior.

Lain lagi waktu saya mengikuti OSPEK selama lima hari saat menjadi mahasiswa baru. Dan tanpa bermaksud sombong, sejujurnya OSPEK yang saya alami saat itu tidak sebanding dengan kerasnya aturan senioritas waktu saya menjadi anggota Paskibra.

Memang saya dan teman-teman seangkatan mengalami perpeloncoan. Disuruh baris dan berjemur panas-panasan di tengah lapangan, wajib mengenakan atribut yang super norak dalam jarak 1 km dari kampus (bahkan saat di angkot juga, sampai malunya luar biasa).

Sudah begitu, membawa bekal makanan dengan aturan tertentu, rambut dikepang sesuai tanggal lahir (sedihnya, 30 adalah tanggal lahir saya!), menggilir minuman, dan lain sebagainya. 

Saya dan teman-teman juga dimarahi, dibentak-bentak dan dihukum fisik kalau saya atau teman lain melakukan kesalahan, meskipun sepele.

Namun prinsip saya saat itu adalah, saya tidak peduli dimarahi atau dibentak sekeras apapun di depan wajah saya sendiri, dihukum fisik sekeras apapun, yang penting para kakak kelas tidak melakukan kontak fisik seperti menampar, memukul, mencubit, menendang dan lainnya. 

Dan yah memang kalau saya perhatikan, mereka tidak melakukan kontak fisik secuil pun pada adik kelasnya. Jadi bisa saya simpulkan, marah-marah, ngomel dan membentak cuma akting belaka.

Apa Penyebabnya?

Jadi sebenarnya apa sih penyebab masih bertahannya tradisi mengomeli dan membentak adik kelas? Apa yang saya amati saat menjadi senior saat tergabung dalam anggota paskibra dan panitia OSPEK adalah, adanya perasaan 'tidak rela' alias dendam yang dialami para senior jika tidak melakukan hal yang sama kepada adik kelasnya, seperti yang sudah mereka alami. 

Dengan demikian, cukup banyak kakak kelas yang tergabung dalam panitia, berlomba-lomba menjadi Komdis. Percaya tidak percaya, para anggota komdis juga harus latihan membentak serta mencari-cari alasan untuk mematahkan bantahan adik kelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun