Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kerja karena Passion atau Kebutuhan?

18 Oktober 2019   07:00 Diperbarui: 19 Oktober 2019   03:26 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: insidehighered.com

Saya teringat saat saya dan salah seorang teman saya mengobrol ngalor-ngidul di sela-sela pergantian mata kuliah dulu, tiba-tiba saja tercetus pertanyaan random "Kalo sudah kerja nanti, menurut lo mana duluan yang harus lo capai. Passion atau cari duit yang banyak?"

Ya tentunya, kami sama-sama mau kerja sesuai passion. Dengan demikian kita akan selalu menjalani pekerjaan dengan senang tanpa merasa tertekan atau terbebani. Siapa yang gak mau sih punya penghasilan dari passion?

Menurut kamus Oxford, kata "Passion" mempunyai arti "a very strong feeling of liking something; a hobby, an activity, etc. that you like very much" (sebuah perasaan yang kuat dalam menyukai sesuatu; hobi atau aktivitas yang sangat disukai).

Masalahnya, saat itu kami juga belum tahu apa sebenarnya passion kami. Selain itu, kami juga masih belum yakin betul apakah bisa mendapat pekerjaan sesuai passion seperti yang kami mau. 

Dan fakta bahwa masih banyak lulusan sarjana yang menganggur karena sulit mencari pekerjaan, masih menjadi momok bagi kami.

Mau tak mau kadang kami jadi berpikir, kalau bisa lulus tepat waktu dan bisa langsung dapat kerja saja sudah untung sekali. Kami tidak mungkin seterusnya bergantung pada orangtua.

Puji Tuhan, harapan saya terkabul. Saya lulus tepat waktu dan hanya berselang dua bulan, saya pun diterima bekerja di salah satu perusahaan farmasi yang cukup besar. Dan ya, sangat sesuai dengan latar pendidikan saya. Posisi yang saya inginkan pun sesuai.

Namun seiring saya menjalani pekerjaan, beberapa kali saya bertanya pada diri saya. Apakah pekerjaan saya ini sudah sesuai dengan passion saya? Karena kalau sudah sesuai, bukankah harusnya saya selalu senang menjalaninya? 

Faktanya saya pernah merasa tidak semangat bangun pagi, waswas terhadap suatu masalah yang mungkin akan muncul, atau kadang bersikap cuek dengan pekerjaan. 

Saya bertahan karena imbalan (gaji dan tunjangan), karena saya butuh penghasilan untuk biaya hidup, bukan karena benar-benar menikmati pekerjaan itu.

Kerja karena Passion

Mungkin meraih passion tidak semudah yang dibayangkan. Passion bisa saja sejalan dengan latar pendidikan, tapi bisa juga tidak. 

Jika kita memutuskan untuk mendalami passion begitu selesai sekolah, maka kita harus memulai dari nol sebelum passion tersebut benar-benar bisa menghasilkan dan bisa 'menghidupi' kita. 

Oleh sebab itu, sebagian orang mungkin berpendapat bahwa sebaiknya kita lebih dulu meraih passion saat usia muda, dengan pertimbangan memiliki tenaga yang bugar, bersemangat, penuh ide dan kreativitas.

Berikut beberapa alasan mengapa sebaiknya kita lebih dulu meraih passion:

- Dengan meraih mimpi, maka otomatis rezeki akan mengikuti.

Pasti pembaca banyak yang sudah menyaksikan (atau mungkin sudah mengalami) mereka yang bekerja sesuai dengan passion. 

Misal membuka toko kue karena punya hobi membuat kue, menjadi guru musik karena senang bermain piano, jadi vlogger kuliner karena doyan makan, jadi desainer karena senang menjahit, buka usaha jastip karena hobi belanja, jadi fotografer profesional karena hobi memotret dan berbakat melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda, dan lain sebagainya. 

Tapi apakah bekerja dengan passion selalu berhubungan dengan hobi? Bagaimana dengan mereka yang bekerja sebagai karyawan namun mendapatkan kenaikan jabatan yang cepat karena ia menyukai kesibukan dan tantangan?

Kadang saya merasa agak iri dengan mereka yang sudah menemukan passion-nya lebih awal. Mereka jadi punya lebih banyak waktu untuk mendalami passion tersebut hingga dapat memberikan hasil yang diharapkan. Saya setuju jika kita bekerja sesuai dengan passion, maka rezeki akan mengikuti kita dengan otomatis. 

Mengapa? Karena saat itulah kita akan bekerja tanpa pamrih. Karena menyenangi apa yang kita kerjakan, maka tanpa iming-iming apapun kita akan menjalaninya dengan sungguh-sungguh. 

Dengan usaha yang terbaik, kita akan rela berkorban (waktu, pikiran, tenaga dan materi) demi tercapainya suatu tujuan. Tentunya usaha yang sungguh-sungguh tidak akan membohongi hasil bukan?

- Karena uang bisa pergi secepat ia datang.

Ya, uang ibarat kuntilanak. Ia bisa hilang secepat ia datang. Wew! Dalam menjalani pekerjaan, pastinya ada saat-saat dimana rezeki yang kita dapatkan lancar jaya seperti mobil yang melaju di jalan tol. Di lain waktu, ada saatnya juga rezeki yang kita sudah kita kumpulkan menyusut dengan cepat. 

Jika kita tidak memiliki passion dalam pekerjaan, bisa jadi kita akan merasa stres bahkan merasa down. Tidak semangat dalam bekerja. 

Tapi jika kita bekerja dengan passion, maka kemungkinan besar kita akan terhindar dari perasaan seperti itu, karena kita justru akan semakin bersemangat menjalani pekerjaan untuk mengembalikan keadaan seperti semula.

- Meraih impian akan memberikan perasaan yang lebih puas.

Umumnya, saat kita bekerja sesuai dengan passion, uang tidak akan menjadi fokus utama, melainkan hasil pekerjaan yang memuaskan. 

Kita akan senang ketika pelanggan menyukai tampilan dan rasa kue yang kita buat, kita akan bahagia ketika murid yang kita ajar bermain musik bisa tampil dalam resital perdananya dengan sukses.

Kita merasa puas ketika seseorang merasa bahagia dan cantik luar biasa di hari pernikahannya karena baju pengantin yang kita jahitkan untuknya. Ketika kita bisa menghasilkan uang dari pekerjaan yang kita cintai, pastinya kita akan merasa lebih puas bukan?

Kerja karena Kebutuhan

Oke, bekerja karena passion memang terdengar indah dan ideal. Tapi realitanya, berapa persen orang yang bisa memperoleh pekerjaan seperti itu? 

Biaya hidup yang tinggi dan tingginya persaingan kerja dan usaha saat ini, membuat banyak orang yang memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan meskipun tidak sesuai dengan passion yang dimilikinya. 

Saat sebagian orang berpendapat bahwa seharusnya bekerja sesuai dengan passion, sebagian lainnya justru berpendapat bahwa passion bisa diraih belakangan jika kita sudah meraih sukses secara finansial.

- Setelah meraih kemapanan finansial, kita bisa memulai untuk fokus menjalani passion

Banyak orang tua yang berkata, mumpung masih muda, bekerjalah dengan keras. Saat dirasa kita sudah cukup mapan secara finansial, menjalankan hobi atau passion bukan lagi menjadi masalah. 

Contoh, kita sebenarnya suka memotret tapi karena peralatan fotografi lumayan mahal, tentunya kita akan lebih mengutamakan bekerja untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari daripada membeli peralatan fotografi. 

Dan disaat kita sudah memiliki dana lebih, barulah kita bisa membeli peralatan fotografi dan mendalami passion tersebut dengan membeli buku, ikut kursus, pergi ke tempat-tempat lain untuk melatih kemampuan memotret. Selain itu kita juga bisa melakukan passion tersebut saat waktu luang supaya tidak terlalu mengganggu pekerjaan.

Jadi meskipun saat ini pekerjaan kita tidak/belum sesuai dengan passion, percayalah jika kita menjalaninya dengan sungguh-sungguh, rezeki yang datang kelak bisa mencukupi niat kita. 

Faktanya banyak juga mereka yang bekerja cukup lama untuk memenuhi kebutuhan dan mengumpulkan modal, kemudian di saat mereka sudah siap, mereka berhenti dari pekerjaan dan memulai usaha yang sesuai dengan passion atau mungkin berinvestasi.

- Money status is meaningless but Social Status of Wealthy still exist

Ada benarnya juga sih. Uang tidak bisa membeli segalanya, tapi tanpa uang kita tidak bisa apa-apa. Kita bisa saja memilih untuk tidak fokus pada mencari kekayaan, tapi faktanya status sosial yang melekat pada kekayaan tetap ada. Seseorang akan lebih dipandang dan dihormati ketika ia memiliki status sosial yang tinggi. 

Dan faktanya status sosial tersebut biasanya sejalan dengan seberapa besar kekayaan yang dimiliki. Ini menunjukkan bahwa bekerja untuk memperoleh kemapanan cukup penting daripada meraih passion lebih dulu.

- Faktanya, uang bisa membantumu memperoleh banyak pengalaman lain (traveling)

Kaum milenial biasanya lebih mengutamakan pengalaman baru daripada fokus bekerja untuk berinvestasi. Maka tak heran kini traveling menjadi gaya hidup yang tren di kalangan milenial.

Karena dengan traveling mereka bisa melihat banyak lingkungan baru, orang baru, budaya baru dan mencoba hal-hal yang baru. Tapi memangnya traveling tidak butuh dana? Well, memang ada sih gaya traveling dengan dana minim alias backpacker. 

Bahkan untuk memenuhi biaya, para backpacker tidak segan bekerja serabutan di tempat-tempat yang sedang dikunjungi untuk membiayai perjalanan mereka.

Dana untuk traveling tentunya tidak jadi masalah jika kita fokus bekerja lebih dulu. Tentunya lebih ideal lagi jika dana traveling sudah dipersiapkan secara khusus sehingga tidak mengganggu dana operasional sehari-hari, dan yang penting tidak berhutang demi traveling. 

Tapi biasanya sih, kalau dananya sudah cukup malah waktunya yang susah. Hahaha

- Uang bisa mendukung kehidupan kita dengan layak

Nah, yang terakhir ini tidak bisa kita pungkiri. Meskipun pekerjaan yang kita jalani tidak/belum sesuai dengan passion, penghasilan yang kita dapat tentunya bisa mendukung penghidupan yang layak. Misalnya makanan dan minuman yang baik, pakaian yang baik, rumah yang nyaman, kendaraan dan lain sebagainya.

Jadi apa yang ingin saya simpulkan disini, baik bekerja karena passion maupun bekerja karena kebutuhan, keduanya tidak ada yang salah. Bagi mereka yang sudah menemukan passion-nya dan memiliki kesempatan untuk bekerja sesuai dengan passion, bersyukurlah dan tetaplah bersemangat. 

Dan bagi mereka yang pekerjaannya belum sesuai passion, tetaplah menjalani pekerjaanmu dengan sungguh-sungguh dan tetap bersemangat dalam mencari untuk menemukan passion-mu.

Kalau pembaca ada yang penasaran gak, bagaimana dengan saya sendiri? Well, saya akui bahwa saat ini saya bekerja masih untuk memenuhi kebutuhan, karena ternyata passion saya bertolak belakang dengan pekerjaan maupun latar pendidikan saya. Apalagi kalau bukan menulis!

Bagaimana dengan Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun