Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menikah Dulu atau Karier Dulu?

27 September 2019   17:54 Diperbarui: 29 September 2019   03:53 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: yellowpages.ca

"Gimana Kak, aku udah cocok belum?" tanya salah seorang sepupu jauh yang akan lulus kuliah dalam waktu dekat. Saat itu kebetulan kami sedang ikut acara kumpul-kumpul keluarga.

"Cocok" yang dimaksud adalah penampilannya saat dia menggendong anak dari sepupu jauh saya yang lain, yang usianya belum genap 1 tahun. Wajah sepupu saya itu sumringah, mungkin karena ia juga senang melihat anak kecil.

Sambil bergurau saya tanyalah sepupu saya itu, "Memang abis lulus mau langsung merit?"

"Ya kalau ada yang cocok kenapa nggak?" jawabnya. Entah perkataannya itu serius atau tidak.

Saya jadi ingat dulu sebagian besar teman saya, baik teman SMA maupun kuliah, banyak yang menikah di usia muda. Pokoknya paling lambat selang satu atau dua tahun setelah lulus kuliah, mereka langsung menikah. 

"Ya biar umur gue sama anak gue gak jauh-jauh amat. Kan asik tuh kalo kelihatan gak beda jauh sama anak sendiri", kira-kira begitulah alasan mereka kalau ditanya kenapa ingin cepat menikah.

Maka tidak heran, saat saya masih sibuk dengan pekerjaan, media sosial saya dibanjiri foto pre-wedding mereka dan kemudian undangan pernikahan pun berdatangan seperti laron (oke, soal laron ini agak lebay).

Jujur saat saya masih seumuran sepupu saya itu, tidak pernah terpikir sekalipun oleh saya untuk cepat-cepat menikah, karena menurut saya pernikahan butuh persiapan super matang. Mulai dari mental, fisik hingga finansial. Kalau saya sendiri merasa belum yakin dengan ketiga hal tersebut, saya tidak mau repot-repot ambil risiko.

Sebaliknya, justru saat itu yang saya inginkan adalah berkarir dan merasakan bagaimana rasanya punya penghasilan sendiri. Menabung untuk mencapai impian saya yaitu membeli sebuah rumah, melanjutkan kuliah S2, sampai traveling ke negara-negara yang sudah lama saya impikan untuk dikunjungi.

Salah satu impian yang sudah tercapai (dokumentasi pribadi)
Salah satu impian yang sudah tercapai (dokumentasi pribadi)
Dan sebagai bentuk terima kasih, saya juga ingin "membalas" jerih payah orangtua yang sudah menyekolahkan saya hingga lulus apoteker. Meski saya tahu sebanyak apapun yang saya berikan, mungkin tidak bisa membalas kebaikan kedua orangtua saya secara total. Tapi tetap saya ingin mereka bisa merasakan hasil jerih payah saya.

Puji Tuhan, beberapa impian saya sudah tercapai, dan mungkin ada jalan lain dari Tuhan supaya saya bisa meraih impian saya yang lainnya. Karena target-target saya itulah, saya boleh dikatakan termasuk batch terakhir dari teman-teman seangkatan saya yang menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun