Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gyeongbok-gung, Merasakan Suasana Tradisional di Tengah Modernitas Seoul

9 Juli 2018   07:00 Diperbarui: 10 Juli 2018   07:14 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman Istana Gyeongbok (Dokpri)

"Gak sia-sia lo ya bertahun-tahun maraton drama Korea. Akhirnya kesampaian juga ke Seoul" celetuk teman saya tempo hari di salah satu ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta. Saya sih mesem-mesem saja, padahal dalam hati super exciting.

Pendek kata, minggu lalu saya ketiban rezeki untuk pelesiran ke Seoul, gretong pula! Yah walaupun destinasinya tidak sepenuhnya bisa saya pilih karena kebetulan saya ikut rombongan tur, jadi ya terima-terima saja mau diajak kemana.

Kalau boleh dikatakan, tema tur kami kemarin adalah "shopping marathon", karena destinasi belanjanya lebih banyak daripada destinasi budayanya. Sempat kecewa sih, karena saya lebih suka tur yang isinya melihat kebudayaan setempat (local culture) daripada belanja. 

Tapi  apa mau dikata, karena tujuan utama rombongan saya adalah "Kulakan di Korea", jadi mau tidak mau saya harus ikut suara terbanyak. Hitung-hitung saya bisa jalan-jalan sambil mengamati sedikit-sedikit, sehingga kunjungan berikutnya (cieileehhh.. ngarep!), saya tidak kaget dan sudah paham apa-apa saja yang harus disiapkan.

Dari semua destinasi yang disusun dalam itinerary, satu yang paling saya tunggu-tunggu adalah mengunjungi Gyeongbok-gung (Istana Gyeongbok) di Seoul. Sebenarnya tidak terlalu banyak yang bisa dilihat di dalam istana karena sejatinya Gyeongbok-gung lebih menyerupai kompleks istana yang terdiri dari beberapa bangunan kosong (kecuali Geunjongjeon Hall / Ruangan Tahta Raja dan museum-museum) dan sisanya tanah lapang yang luas. 

Meski begitu, karena kami akan berkeliling istana sambil mengenakan Hanbok (pakaian tradisional Korea), destinasi ini menjadi yang paling saya tunggu.

Pintu masuk istana (Dokpri)
Pintu masuk istana (Dokpri)
Nama Gyeongbok-gung berarti "Berkah dari Surga" (Greatly Blessed by Heaven). Istana ini merupakan istana utama pada masa Dinasti Joseon yang terletak di Jongno-gu, Seoul yang dikelilingi Gunung Namsan dan Gungung Bugaksan. 

Selain itu Gyeongbok-gung adalah istana terbesar dan paling terkenal di antara "Five Grand Palaces" selain Changdeok-gung, Changgyeong-gung, Deoksu-gung dan Gyeonghui-gung. Meski begitu, desain arsitektur kelima istana ini pada dasarnya mirip-mirip.

Gyeongbok-gung pertama kali dibangun pada tahun 1395 semasa pemerintahan Raja Taejo dan semakin luas dimasa Raja Sejong. Pada saat invasi semasa penjajahan Jepang, hampir seluruh bagian Gyeongbok-gung dibakar oleh tentara Jepang dan yang tersisa hanyalah Paviliun Gyeonghoeru, Paviliun Hyangwonjeong dan Geunjongjeon Throne Hall. 

Istana ini pun sempat terbengkalai selama kurang lebih 300 ratus tahun setelahnya. Pada masa pemerintahan Raja Gojong, Gyeongbok-gung pun direstorasi berdasarkan catatan sekretaris kerajaan, di bawah pimpinan Heungson Daewongun.

Geunjongjeon Throne Hall / Ruang Tahta Raja (Dokpri)
Geunjongjeon Throne Hall / Ruang Tahta Raja (Dokpri)
Meskipun judulnya adalah istana pada masa Dinasti Joseon, jangan berharap lingkungan di sekitar kompleks istana terlihat kuno. Karena letaknya sendiri berada di Seoul, salah satu ibukota yang paling gemerlap di Asia, suasana tradisional Gyeongbok-gung bergabung menjadi satu dengan modernitas Seoul. Bangunan istana yang bergaya kuno, bercampur dengan gedung-gedung bertingkat dan bergaya modern di sekelilingnya. 

Meski begitu, suasana tradisional Korea pada zaman dahulu tetap terasa begitu kita masuk ke dalam kompleks istana. Apalagi kalau sambil memakai Hanbok. Serasa di film-film Saeguk gitu deh. Tentunya Hanbok ini bisa kita sewa dari toko rental loh ya. Karena kalau beli, harganya mahal!

Kompleks istana yang dikelilingi gedung bertingkat (Dokpri)
Kompleks istana yang dikelilingi gedung bertingkat (Dokpri)
Pertama kalinya saya sangat tertarik dengan Hanbok adalah ketika saya sedang rajin-rajinnya nonton drama Saeguk yang terkenal yakni "Jewel in the Palace" alias "Dae Jang Geum". 

Penggemar drakor (drama Korea) pasti tahu film ini dong ya? Hanbok yang ditampilkan dalam film tersebut memiliki warna dan motif  yang cantik-cantik. Oleh sebab itu, hal pertama yang ingin dan harus saya lakukan saat berkunjung ke Korea adalah merasakan suasana tradisional Korea dengan mengenakan Hanbok! Benar-benar penasaran seperti apa rasanya memakai Hanbok.

Hanbok pada dasarnya memiliki dua bagian yang berbeda yakni "Jeogori" yakni atasan berlengan panjang dan "Chima" atau rok yang megar dan panjang (untuk wanita) yang biasanya terdiri dari beberapa lapis, sementara bawahan atau celana panjang untuk pria dinamakan "Baji". 

Sama seperti fesyen masa kini yang sering berubah-ubah, gaya Hanbok pada zaman dahulu pun sering berubah mengikuti tren, terutama bagian Jeogori yang semakin lama semakin pendek. Tapi yang jelas, warna dan pola motif yang beraneka ragam lah yang membuat penampilan Hanbok kian menarik.

Pengalaman berkeliling istana sambil mengenakan Hanbok (Dokpri)
Pengalaman berkeliling istana sambil mengenakan Hanbok (Dokpri)
Pada saat kunjungan saya kemarin, kebetulan di Korea sedang musim panas meskipun selama 3 hari kunjungan saya kemarin langit lebih banyak mendung sambil sesekali hujan di pagi atau sore hari. Jadi bisa terbayang dong lumayan panas rasanya pakai hanbok di siang bolong. Tapi tak mengapa lah, yang penting bisa foto-foto.

Jadi buat Kompasianer yang ingin pelesiran ke Korea dan punya agenda "Hanbok Experience", berikut tips-tips berkeliling Gyeongbok-gung sambil mengenakan Hanbok:

Membuat reservasi di toko rental Hanbok dari Jakarta

Sebenarnya tidak membuat reservasi dari Jakarta pun tidak masalah karena ada banyak toko rental Hanbok di sekitar Gyeongbok-gung. Tinggal pilih toko mana yang menawarkan harga sesuai kantong. Kalau reservasi dari Jakarta, biasanya ada website-website yang menyediakan diskon sehingga harganya lebih murah daripada menyewa secara on the spot. 

Namun pastikan ke tokonya apakah kita bisa mengubah tanggal penyewaan, karena kita tidak pernah tahu bagaimana cuaca hari itu. Kalau ternyata hujan, tentunya gak asik keliling istana pakai Hanbok sambil hujan-hujanan.

Toko rental Hanbok yang saya gunakan berada di depan kompleks istana, sederet dengan kompleks Blue House (Dokpri)
Toko rental Hanbok yang saya gunakan berada di depan kompleks istana, sederet dengan kompleks Blue House (Dokpri)
Pada saat kita memilih Hanbok, kita tidak diperbolehkan berulang kali mengepas Hanbok macam di toko baju. Sebaiknya kita memilih dulu atasan dan bawahannya, baru setelah mantap, kita berikan pada Eonni (kakak) yang punya toko untuk membantu kita mengenakan Hanbok. 

Aturan ini juga berlaku untuk yang pria loh ya. Beberapa toko ada yang memberikan semacam rangka rok berkawat supaya rok-nya terlihat mengembang. Jadi terbayang dong repotnya kalau kita bolak-balik lepas-pasang Hanbok?

Pilih warna yang cerah

Sebenarnya tergantung selera masing-masing sih. Tapi saya lebih suka yang cerah. Mengapa? Karena warna-warna Hanbok yang cerah akan terlihat cantik saat difoto. Meski begitu saya juga banyak melihat variasi Hanbok berwarna pastel dan memang warna ini juga banyak diminati oleh para turis-turis wanita muda seperti dari Tiongkok dan Jepang. 

Manis juga sih. Tapi seperti yang saya ceritakan di awal, saya jatuh cinta dengan Hanbok saat nonton Jewel in the Palace yang menampilkan warna-warna Hanbok yang cerah.

Warna-warna cerah hanbok (Dokpri)
Warna-warna cerah hanbok (Dokpri)
Mengenakan sepatu yang nyaman

Ini sudah pasti, karena Gyeongbok-gung itu sangat luas dan banyak area yang berpasir. Jadi kalau pakai heels ke sana, sudah pasti salah kostum. Sayang banget kan kalau tidak bisa keliling istana gara-gara kaki lecet. Pilihannya tinggal pakai sneakers (jika lebih mengutamakan kenyamanan) atau flat shoes (kalau kepingin nyaman, sekaligus "nyambung" dengan kostum Hanbok).

Membawa barang-barang penting

Penyewaan Hanbok, umumnya sudah termasuk aksesoris kepala (kecuali topi wanita) dan tas kecil. Sementara itu perlengkapan topi untuk pria juga sudah termasuk dalam biaya sewa. 

Begitu juga dengan loker untuk menyimpan tas kita. Oleh sebab itu, keluarkan barang-barang penting seperti dompet, paspor dan ponsel dan jangan ditinggal di dalam loker. Tiga barang ini sangat penting saat kita berada di luar negeri.

Satu hal yang perlu dicatat, siapapun yang masuk Gyeongbok-gung dengan mengenakan Hanbok, tidak akan dikenakan biaya masuk! Seru kan? Jadi kita bisa puas keluar-masuk istana. Dan karena jatah waktu penyewaan Hanbok sekitar 3 -- 4 jam, setelah puas keliling istana kita juga bisa keliling dan foto-foto di Bukchon Hanok Village (wilayah perumahan tradisional khas Korea) karena lokasinya berdekatan dengan Gyeongbok-gung. Tapi perlu diingat, karena perumahan ini ada pemiliknya, jadi jangan sampai mengganggu loh ya.

Namun sayang oh sayang, karena waktu rombongan kami terbatas, saya belum meng-explore keseluruhan istana dan tidak sempat ke Bukchon. Semoga dalam kunjungan berikutnya (masih berharap) saya bisa lebih puas meng-explore sisi tradisional kota Seoul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun