Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Jangan Pandang Sebelah Mata Bahaya Metanol dalam Miras

13 April 2018   07:00 Diperbarui: 13 April 2018   13:57 3464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kinked.webcam

Akhir-akhir ini berita tentang tewasnya puluhan orang di Jakarta, Bandung dan Sukabumi akibat mengkonsumsi miras (minuman keras) oplosan ramai diperbincangkan baik di televisi maupun media internet. Kasus miras oplosan bukanlah kasus baru di Indonesia, tapi entah mengapa meski kerap diberitakan menimbulkan korban baik yang keracunan maupun korban tewas, miras oplosan sepertinya selalu ada peminatnya. Ini yang membuat saya selalu heran.

Entah berapa banyak berita yang sudah menginformasikan bahwa miras oplosan sangat berbahaya jika dikonsumsi. Kalau bukan dioplos sendiri, kita tidak akan tahu apa saja yang dicampurkan dalam miras oplosan itu. Mengoplos sendiri saja sudah salah dan berbahaya apalagi pihak lain yang yang mengoplos? Tapi lagi-lagi tetap saja ada yang "kena".

Dari berbagai macam pemberitaan yang saya tonton dan baca, komposisi miras oplosan ada bermacam-macam mulai dari Alkohol 96%, Alkohol 70%, Aseton,  Metanol, Spirtus sampai obat nyamuk cair dan obat nyamuk lotion. Zat-zat ini kemudian bisa dicampur dengan macam-macam lagi seperti anggur beralkohol, minuman berenergi (energy drink) dan sebagainya. Luar biasa bukan? (Racunnya).

Tapi dari semua komposisi di atas, yang paling sering saya dengar adalah Metanol. Oke, Metanol itu juga alkohol. Tapi bukan berarti itu adalah jenis yang sama dengan yang terkandung dalam minuman beralkohol lainnya.

Alkohol sejatinya adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana / rantai karbon (C). Jumlah karbon yang berbeda maka jenis alkoholnya pun berbeda. Dan jenis alkohol yang biasa digunakan dalam minuman atau makanan adalah Etanol (yang memiliki dua rantai karbon), bukan Metanol (yang memiliki satu rantai karbon).

Kelas Etanol yang digunakan pun berbeda-beda tergantung peruntukkannya yakni, pharma grade (untuk obat-obatan) maupun food grade (untuk makanan/minuman). Oleh sebab itu konsentrasi atau kadarnya pun berbeda. Etanol bisa diperoleh secara sintetis kimiawi maupun hasil dari fermentasi.

Sedangkan Metanol, alkohol jenis ini sangat tidak lazim digunakan sebagai makanan, minuman maupun kosmetik karena sifatnya yang sangat toksik (beracun). Fungsi utama Metanol adalah sebagai pelarut. Biasanya digunakan untuk mengekstraksi (melarutkan zat yang ada dalam satu tumbuhan) maupun melarutkan bahan-bahan kimia (misalnya dalam proses pembuatan obat, bahan bakar, reagen kimia, insektisida dan sebagainya).

Kalau begitu bahaya dong kalau kita mengkonsumsi obat yang menggunakan pelarut Metanol? Tentu tidak, karena Metanol sangat mudah menguap dan tentunya akan hilang selama proses produksi . Dan sudah menjadi persyaratan juga bahwa kadar Metanol pada produk akhir harus nol.

Berdasarkan klasifikasi GHS (Globally Harmonized  System of Classification and Labeling of Chemicals), Metanol memiliki status "zat berbahaya" (mudah terbakar dan toksik bila terhirup, termakan, atau kontak dengan kulit). Paparan terhadap mata bisa menyebabkan iritasi mata hingga kebutaan sedangkan bila terhirup dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan hingga penurunan kesadaran.

Oleh sebab itu, apapun alasannya Metanol tidak bisa digunakan langsung dalam makanan, minuman maupun kosmetik. Mengapa saya menyinggung kosmetik disini? Saya pernah bertanya pada beberapa penjual parfum oplosan di pusat-pusat perbelanjaan (pasti tahu dong yang mana?), apa yang mereka gunakan untuk melarutkan parfum? Dan sungguh tidak diduga jawaban mereka adalah Metanol! Tentu beresiko sekali jika saat parfum tersebut disemprotkan dan mengenai mata, bukan? Sebagai informasi, pelarut parfum umumnya menggunakan etanol atau alkohol denat.

Lalu mengapa Metanol sering kali digunakan untuk mengoplos minuman keras atau parfum? Jawabannya tak lain tak bukan adalah karena harganya lebih murah daripada Etanol. Harga per liter Etanol bisa mencapai dua kali lipat harga per liter Metanol. Tapi nyatanya harga tersebut tidak sebanding dengan resiko yang ditimbulkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun