Final piala dunia tahun 2006 di Berlin, mungkin selamanya akan melekat dalam kenangan para penikmat pertandingan sepakbola. Hari itu berlangsung pertandingan pamungkas antara Italia dan Prancis untuk memenangi gelar juara, tentu saja.
Pertandingan bola, apa sih menariknya? Ya sama saja, 22 orang berlarian ke sana ke sini demi memerebutkan sebuah bola, dan membuat gol. Simpel. #DigetokFansBola
Oh 2006 piala dunia itu heboh sejagat raya, saudara sebangsa dan setanah air. Apa pasal?
Zinedine "Zizou" Zidane, pemain Prancis menanduk (mendorong dengan kepala) Marco Materazzi, pemain Italia hingga terjengkang. Karenanya, Zizou dikenai kartu merah oleh wasit. Lucunya, tahun itu Zizou tetap dianugerahi gelar pemain terbaik, sebab selain insiden "headbutt" tersebut, Zizou dinilai bermain baik dan selalu menjunjung tinggi sportivitas.
Aksi penandukan (halah) yang dilakukan Zizou kepada Materazzi, ternyata dipicu dari isu agama dan ras. Zizou mengatakan, Materazzi menghina Ibu dan saudara perempuannya, dengan mengatai mereka pelacur, dan menghina identitasnya sebagai imigran dan juga muslim (mengatainya sebagai teroris). Sempat terjadi simpang siur pemberitaan. Materazzi sendiri belakangan mengakui, bahwa ia "hanya" menghina saudara perempuan Zizou saja.
Jagat persepakbolaan pun gempar. Kecaman terhadap Materazzi datang dari setiap sudut. Untung belum ada media sosial (Facebook baru tren sekitar 2008), kalau tidak, pasti semua netizen akan memasang tagar #KamiBersamaZizou.
Zinedine Zidane memang sebuah fenomena. Dilahirkan di kota Marseille, yang multikultur, ia berasal dari keluarga imigran Aljazair yang hijrah ke Prancis di tahun 50-an.
Meskipun ia pemain jempolan (tercatat sebagai pemain terbaik FIFA sebanyak tiga kali), kenyataan bahwa ia seorang imigran dan muslim, selalu menjadi sorotan media asing. Permainan cantiknya dan karakternya yang tak banyak bicara justru membuat kagum.
Bagi muslim di seluruh dunia, Zizou adalah kebanggaan. Pasca serangan WTC tahun 2001, masyarakat dunia sedang gencar-gencarnya menyoroti Islam. Zizou, yang adalah seorang muslim yang baik (kabarnya jika sedang berlatih di bulan Ramadan, ia tetap berpuasa), menjadi simbol wajah Islam yang sesungguhnya.
12 tahun setelah insiden Zidane-Materazzi, final liga Champions musim 2017/2018 juga mengisahkan drama yang serupa pada pertandingan antara Liverpool dan Real Madrid.