"Hah? Komunis itu tidak percaya Tuhan? PKI itu tidak beragama?"
Usia saya mungkin sebilangan anak SD saat terperangah, mendiskusikan ini dengan teman-teman kecil saya. Anda mungkin bingung, ngapain anak SD ngomongin komunis. Tapi pemaksaan menonton film G30S/PKI setiap tahun memang sudah semacam cuci otak, jadi kata 'komunis' buat kami, sama biasanya dengan kata lain. "pisang goreng", misalnya.
Jauh banget ya analoginya. Biarin aja lah ya. Okesip.
Setelah belajar lagi, dan tentu saja sudah dewasa, saya akhirnya tahu bahwa komunis itu konsep sistem ekonomi dan ateisme (tidak beragama) adalah konsep anti ketuhanan. Dua hal yang bahkan sangat tidak apple to apple untuk dibandingkan.
Pertama mengenai sistem perekonomian, yang kedua membahas masalah teologi. Kalau ada atheis yang (kebetulan) juga menganut paham komunisme, mungkin saja.
Kali ini saya tidak akan bahas soal komunisme atau ateisme. Saya mau menyoroti masalah luasnya dunia dan sangat beragamnya gaya hidup milyaran manusia di muka bumi ini.
Tempo hari saya menuliskan kisah mengenai pertemuan saya dengan para perempuan bercadar, dan gaya hidup yang mereka jalani. Banyak komentar dan pesan yang pembaca sampaikan, terutama untuk hidup Teh Khadijah, seorang akhwat bercadar penganut Salafi, yang karena sangat menjaga pergaulannya dengan non-mahram, sampai belum pernah melihat wajah adik ipar lelakinya. Padahal mereka tinggal serumah.
Aneh buat saya, buatmu juga barangkali, tapi tidak sama sekali untuknya.
Jadi begini lho.
Dunia begini luas, dan sebagian besar dari kita memang tinggal di lingkungan yang sama sejak lahir (dan mungkin sampai nanti berpulang). Lingkungan yang kita lihat begitu-begitu saja, orangnya itu-itu saja, mungkin bahkan tontonan dan bacaan kita pun seragam.
Ibarat bermain di lapangan bola, kita mungkin tidak tahu bahwa tempat bermain bukan hanya lapangan bola, melainkan ada juga playground dengan ayunan dan jungkat-jungkit, ada arena mandi bola, ada game master.