Komentar itu saya baca saat mengintip Instagram milik Audy Item, istri aktor Iko Uwais.
Hati saya mencelos membacanya. Dari sekian banyak komentar yang bisa ia pilih, perihal fisik yang kemudian ia tautkan dalam petikan komentarnya. Luar biasa tidak elegan.
Belakangan, Iko Uwais malah membuat postingan yang 'membalas' komentar pedas soal kegendutan sang istri. Iko mengatakan bahwa meskipun Audy gendut, namun ia memiliki hati istimewa, sehingga tak pernah mengomentari hal negatif terhadap orang lain.
Postingan Iko Uwais disambut ratusan komentar netizen yang kontan baper dan klepek-klepek.
Selamat datang di era media sosial. Jaman dimana, membaca kolom komentar jauh lebih menarik dan greget ketimbang isi postingannya. Waktu dimana, dramatisasi hidup tidak hanya didapat dari sinetron namun juga postingan viral.
Sungguh saya tak paham mengenai banyaknya warga Indonesia yang setiap harinya, mampir ke pelbagai akun media sosial milik para selebriti kemudian menyumbangkan komentar. Satu-satunya yang masih punya kans untuk mengalahkan mereka adalah para pejuang MLM dan online shop. Khusus yang dua terakhir itu memang dilahirkan untuk tetap konsisten mem-prospek dan menawarkan produk (dicek barangnya sis ...).
'Yah namanya juga selebriti, mesti rela dong kehidupannya jadi konsumsi public, artinya fans peduli dengan keberadaannya, dengan prestasinya ...' (cetus seorang kawan)
Betul, tapi tidak juga harus sebebas itu keleus.
Kalaupun kita menganggap selebriti itu sebegitu dekatnya sampai kita tega memberikan komentar sejauh itu, semestinya kita tahu kapan harus menahan mulut (dan jari) untuk tidak berkomentar (yang tidak perlu) lewat tulisan.
Oleh karenanya saya sangat paham dengan beberapa selebriti yang memutuskan untuk 'mematikan' kolom komentar di akun mereka, atau malah tidak pernah mengunggah foto apapun yang berpotensi menimbulkan komentar miring.
Akhir Februari 2017, presenter kawakan Sarah Sechan membuat para penggemarnya terkejut dengan keputusannya untuk tidak lagi aktif di media sosial.