Mohon tunggu...
Irma R. Priyadi
Irma R. Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang wanita dengan pengalaman yang berbeda dalam setiap tahapannya dengan selalu berpindah tempat tinggal menurut ketentuan Illahi, sekarang bermukim di SWEDIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rothoffska Kolonin, Bangunan Cagar Budaya yang Tetap Lestari di Landskrona Sejak 1903

6 Desember 2011   20:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_146133" align="aligncenter" width="425" caption="Rothoffska koloni, rumah koloni tertua di Swedia. Foto: Landskrona museum"][/caption] Lain ladang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya. Itulah peribahasa paling tepat tentang cara pandang sebuah negara mengenai segala hal termasuk kekayaan budaya terutama bangunan tua yang dijadikan sebagai cagar budaya yang layak dilindungi dan menjadi sebuah karya yang tak terhingga nilainya terutama nilai history (sejarah). Seperti halnya lain cara pandang Indonesia tentu lain pula cara pandang Swedia. Kebanyakan orang Indonesia suka segala hal yang berbau modern atau minimalis, sementara orang Swedia justru lebih menyukai segala hal yang unik, klasik dan kuno. Di Swedia, khususnya kota Landskrona terdapat sebuah rumah koloni yang dijadikan museum sejarah awal terbentuknya berbagai kelompok rumah koloni yang menjamur saat ini. Di beberapa tempat di sekitar kota terdapat plot-plot rumah koloni yang terawat dengan baik bahkan mempunyai nilai investasi yang sangat tinggi. Sejarah rumah koloni. Rothoffska koloni merupakan nama sebuah rumah mungil yang dibangun sejak tahun 1903, salah satu bangunan tertua diantara bangunan rumah koloni yang lainnya di sekitar Benteng Citadelet. Awalnya merupakan rumah tinggal, milik keluarga Anton dan istrinya yang bernama Rothoff Hilma. Mereka mencari sebuah tempat dimana bisa menanam kentang dan lainnya. Pada mulanya hanya memiliki satu ruangan sekitar 2 x 2,5 meter. Sedikit demi sedikit rumah ini direnovasi hingga mempunyai teras, dapur, ruang bawah tanah dan ruang lainnya seperti yang tampak pada saat ini. Anton dan Hilma memiliki 5 putra dan selama musim panas mereka banyak menghabiskan waktu di rumah koloni.

Raymond, seorang anak dari mereka ingat bahwa mereka dulu sering mengadakan pertemuan keluarga dan menghabiskan waktu untuk minum kopi bersama di rumah koloni. Pada tahun 1940, putranya Sture Ragnar dan Nils mengambil alih rumah koloni. Mereka menanam berbagai macam sayuran, taman bunga yang ditanami mawar dan tanaman keras lainnya. Bahkan saat itu ada sekitar 212 macam tanaman ditanam di kebun rumah koloni.

Pada tahun 1993, pihak Landskrona museum membeli Rothoffska koloni. Dan karena rumah koloni di Landskrona paling banyak maka dari itu kota Landskrona dijadikan tempat untuk museum koloni yang pertama kali. Pada awalnya terdapat banyak bangunan makam di luar rumah koloni, namun sekarang sangat jarang. Pekarangan dijadikan sebagi budidaya sayuran, halaman rumput dimana bisa bermain atau piknik bersama keluarga seperti suasana pedesaan.

Saat ini, Rothoffska koloni menjadi tempat yang tenang untuk bisa duduk dan menikmati taman, melihat keunikan rumah dan budidaya berbagai macam sayuran terutama sayur organik. Kadang kala dilakukan kegiatan sekolah dengan kegiatan manggambar di sekitar rumah koloni atau mengecat rumah koloni. Ada sekitar 120-220 rumah koloni yang tumbuh di sekitarnya.

[caption id="attachment_146134" align="aligncenter" width="600" caption="Salah satu rumah koloni. Dok: pribadi"][/caption]

[caption id="attachment_146135" align="aligncenter" width="600" caption="Rumah koloni sederhana. Dok:pribadi"][/caption]

Rumah koloni saat ini.

Awal datang, saya sempat terheran-heran ketika melewati bangunan rumah mungil yang berkelompok, dengan pekarangan yang teramat luas. Terkadang ada ayunan, meja teras yang tertata, tempat berenang dari plastik yang cukup besar dan lainnya. Tinggi rumah sedikit lebih tinggi dari tinggi orang dewasa pada umumnya. Saya pikir itu rumah orang mini/kerdil, para orangtua (orang jompo) atau rumah pensiunan atau apalah namanya. Rumahnya rata-rata mungil namun memiliki pekarangan yang sangat luas. Di musim semi apalagi musim panas tampak semakin indah pekarangannya dipenuhi oleh tanaman bunga yang mekar.

Hingga di suatu akhir pekan di musim panas, kami sengaja berkeliling dengan sepeda di sekitar rumah itu. Di hari minggu, komplek rumah koloni sangat ramai dan banyak mobil di parkir disana. Ternyata rumah koloni adalah rumah orang normal/biasa pada umumnya. Merupakan sebuah ‘villa mini’ bagi mereka yang berduit untuk singgah dan menghabiskan liburan musim panas bersama keluarga.

[caption id="attachment_146136" align="aligncenter" width="600" caption="Ciri khas: rumah kecil dengan pekarangan yang sangat luas. Dok:pribadi"][/caption] [caption id="attachment_146137" align="aligncenter" width="600" caption="Dimanfaatkan untuk budidaya sayuran dan bunga. Dok:pribadi"][/caption]

Luas rumah koloni berbagai macam, dengan beraneka model bangunan yang tetap terkesan kuno dan unik. Ada yang sudah modern atau masih kuno sekali. Semua terawat dengan baik. Bahkan menjadi sebuah investasi bagi mereka yang berpunya. Harganya lumayan tinggi, mengingat harga tanah sangat tinggi disini apalagi dengan bangunan unik dan tanah yang luas. Cerita seorang teman harga tanah 100 m paling murah sekitar 200.000 kr (1kr= Rp.1300), belum termasuk bangunan rumah singgahnya. Bagi mereka mungkin termasuk murah dibanding harga apartemen atau bangunan rumah normal.

Rumah koloni sampai saat ini masih menjadi salah satu daya tarik wisata di kota Landskrona. Banyak wisatawan sengaja mendatangi rumah koloni khususnya Rothoffska koloni untuk melihat dari dekat asal muasal tumbuhnya komplek rumah koloni di kota Landskrona yang tetap dilestarikan hingga sampai saat ini.

Sweden, 6 Desember 2011

Awal winter dengan udara dingin yang menusuk tulang

Sumber: (sejarah rumah koloni terjemahan bebas dari brosur Landskrona museum dan pengalaman pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun