Mohon tunggu...
Irma DamayantiQueen
Irma DamayantiQueen Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Catatan, Refleksi, dan Evaluasi Akhir Tahun Pertanian

25 November 2018   15:43 Diperbarui: 25 November 2018   15:58 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertanian (credit: cnnindonesia.com)

Akhir tahun adalah waktu yang paling tepat untuk melihat dan mengevaluasi semua kegiatan aktivitas sepanjang tahun. Dari evaluasi itu kita bisa melihat, ada kegiatan yang berhasil sesuai rencana, ada pula kegiatan yang melenceng dari rencana.

Menjelang akhir tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi salah satu objek yang mendapat evaluasi ketat. Ada cukup banyak catatan negatif yang diberikan para pegiat dan pengamat sektor pertanian pada lembaga yang dipimpin oleh Menteri Amran Sulaiman ini. (sumber berita: Mediaindonesia.com )

Beberapa catatan yang dibuat oleh para pengamat itu, di antaranya adalah kecenderungan Kementan yang terlalu asyik sendiri dengan kebijakan yang dibuatnya. Sedangkan di sisi lain para petani bingung dengan kebijakan tersebut, karena yang diperlukan berbeda dengan yang diberikan pemerintah.

Kementan yang asyik sendiri itu terlihat dari kebijakan untuk mendorong tanam serentak. Akibat dari kebijakan itu, harga jual komoditi pertanian seperti jagung malah jatuh di kala panen serentak. Sementara kebijakan itu sendiri berjalan secara tidak lengkap, karena pemerintah tidak menyiapkan sarana penyimpanan seperti alat pengering atau gudang untuk menampung kelebihan pasokan jagung di kala panen raya.

Kondisi kebalikannya terjadi ketika masa panen raya berlalu. Jagung bisa langka di pasaran, harganya pun mahal. Sehingga para peternak kecil dan mandiri jadi kesulitan.

Tak heran bila saat ini tata kelola jagung Indonesia menghadapi anomali. Di satu sisi Kementan mengklaim terjadi surplus jagung dan sudah ekspor. Tapi belakangan yang terjadi malah Kementan sendiri yang mengajukan impor. Bahkan kemudian Kementan meminjam stok dari pabrik pakan ternak untuk menutupi kebutuhan jagung peternak rakyat.

Di luar pertanian, peternakan juga jadi catatan. Karena para peternak melihat tidak adanya keberpihakan Kementan pada peternak rakyat. Di sisi hulu Kementan memaksa untuk harga mahal dengan berbagai kebijakan, tapi di bagian hilir harga sesuai mekanisme pasar.

Keluhan terhadap kebijakan Kementan juga dirasakan kalangan peternak sapi, karena kebijakan yang dinilai kontra produktif. Misalnya, dalam penetepan harga daging yang tidak menguntungkan produsen. Bahkan produsen  sapi (feedlotter) rakyat, bayak yang menutup usahanya. Sementara yang masih bertahan mengurangi kapasitas produksinya. Hal itu berdampak dalam permodalan, karena perbankan tidak lagi berani membiayai.

Memang harus diakui bahwa ada hasil evaluasi itu terdengar tidak menggembirakan. Tapi kita tidak perlu alergi dengan hasil evaluasi yang negatif. Karena kita semua bisa belajar dari kesalahan. Dengan catatan, kalau kita memang benar-benar mau belajar dan memperbaiki diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun