Setelah membangga-banggakan ekspor jagung, kini Kementerian Pertanian (Kementan) malah mengungkapkan bahwa mereka Akan mengimpor jagung sampai 100 ribu ton hingga akhir tahun ini.
Tanya kenapa?
Ekspor jagung harusnya dilakukan di saat kondisi kebutuhan jagung dalam negeri mencukupi, atau bahkan berlebih. Kesan itupula yang timbul beberapa waktu lalu saat Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman melepas ekspor jagung ke Filipina.
Keputusan impor itu diambil dalam rapat koordinasi (rakor) terbatas yang dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, pekan kemarin. sejumlah menteri yang hadir dalam rakor ini adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Selain itu hadir juga Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, keputusan impor jagung tersebut sudah disepakati oleh beberapa kementerian terkait. Mengenai skemanya nanti akan diserahkan melalui Perum Bulog.
Hasil impor jagung ini dilakukan untuk menjaga kebutuhan para peternak mandiri.
keputusan impor jagung ini juga sebagai pertimbangan atas harga jagung yang saat ini kian melambung. Akibatnya sejumlah peternak pun banyak yang merasakan keberatan.
Harga jagung yang mencapai harga Rp 5.300 per kilogram (kg) menjadi indikasi minimnya ketersediaan. Sementara, kebutuhan jagung untuk bahan pakan ternak sangatlah tinggi, mencapai 780 ribu ton per bulan.
Kalau memang ujung-ujungnya harus impor lagi, ngapain Mentan kemarin ekspor jagung? Aneh kan. Harusnya jagung ekspor itu, diutamakan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Jadi kita tidak usah impor. Lagian kok senengannya impor? Nanti Presiden Jokowi lagi yang disalahkan, dituduh doyan impor.Â