Mohon tunggu...
irma dewi
irma dewi Mohon Tunggu... Editor - ASN

Praktisi komunikasi dan kehumasan pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Obligasi Ritel Untuk Investor Millenials

16 Desember 2018   22:38 Diperbarui: 12 November 2019   15:23 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.indexologyblog.com/wp-content/uploads/2017/04/20170407-535x294-custom.jpg

SBN ritel ini menjadi istimewa karena proses pemesanan pembeliannya dapat dilakukan secara online (e-SBN). Instrumen baru ini diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat dari sekedar senang menabung menjadi sadar berinvestasi.

Mengapa e-SBN

Ada beberapa hal yang membuat pemerintah mempertimbangkan e-SBN. Pertama, Obligasi Ritel Indonesia (ORI) sudah 10 tahun diluncurkan. Hasil evaluasi ORI, menunjukkan, sekitar 75 persen investor ritel yang ada saat ini berusia 40 tahun ke atas.

Profil ini bisa dimaklumi mengingat umumnya di usia 40 tahun ke atas orang sudah relatif lebih mapan. Kebutuhan sehari-hari sudah terpenuhi sehingga ada dana untuk investasi. Peluncuran e-SBN adalah untuk memperluas basis investor muda yang terbiasa dengan gawai. Apalagi hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk mendorong ekonomi inklusif.

Selain itu, sistem penjualan yang dilakukan yang selama ini dilakukan secara offline menggunakan sistem kuota. Akibatnya ada kecenderungan agen penjual lebih melayani investor-investor besar.

Alasan lainnya, pemasaran ke pelosok Indonesia selama ini masih terbatas, baik dari sisi dana maupun infrastruktur. e-SBN bisa mengurangi hambatan-hambatan tersebut. Biaya promosi dengan mengunjungi secara langsung bisa ditekan. Meski tidak ada edukasi tatap muka, tetapi semua daerah dengan akses internet bisa menjangkau informasinya.

Penyempurnaan Produk

Untuk menarik investor muda, pemerintah juga melakukan penyempurnaan produk. Contoh produk yang sudah ada sebelumnya seperti SBR 1 dan SBR 2 mensyaratkan pembelian minimal Rp5 juta dengann kelipatan Rp5 juta dan maksimal pembelian 5 miliar. SBR003 yang ditawarkan di e-SBN sudah bisa dibeli dari Rp1 juta dan kelipatan Rp1 juta sehingga lebih terjangkau. Maksimal pembeliannya Rp3 miliar. Harapannya, selain bisa menjangkau makin banyak peminat, jatahnya juga terbagi lebih rata.

Namun, penjualan SBN online yang ditargetkan sebesar Rp30 triliun ini jangan sampai menimbulkan kesan hanya ditargetkan bagi investor millenial. SBN ritel online ini untuk memperluas basis investor, namun terbuka untuk segala usia. Jadi semua kalangan bisa berpartisipasi.

Persyaratan untuk membeli SBN secara online tidak jauh berbeda dengan pembelian secara offline. Seperti Memiliki KTP, rekening dana, rekening surat berharga, single investor identification (SID). Bedanya, semua persyaratan tersebut diinput pada sistem online. Dulu, mitra distribusi hanya bank dan perusahaan efek. Nah, sekarang ini dibuka juga untuk perusahaan fintech.

Pengawasan dari OJK

Penyaluran SBN melalui fintech lending sudah tepat. Instrumen yang mudah diakses bisa menarik generasi millenial yang tidak suka proses panjang dan sangat tergantung pada jaringan internet.

Layanan jasa keuangan berbasis teknologi informasi menyimpan potensi yang sangat besar. Hal ini dapat ditandai jumlah pengguna mobile internet aktif di Indonesia yang mencapai 124,8 juta pengguna, sedangkan pengguna internet aktif sebasar 132,7 pengguna menurut data We are Social (2018) dalam Global Web Index. Dengan jumlah pengguna internet yang sangat besar ini, e-SBN bisa menambah investor domestik dalam kepemilikan surat utang Indonesia.

Mengenai keamanan e-SBN, saat ini OJK melakukan pengawasan dengan 2 metode, baik bagi penyelenggara konvensional maupun syariah. Pertama, dengan menganalisis laporan penyelenggara fintech lending, baik laporan bulanan, triwulan, dan laporan tahunan.

Kedua, pegawasan dilakukan dengan audit tempat kerja penyelenggara, Metode tersebut bahkan telah dilakukan ketika mereka berada pada proses pengajuan permohonan pendaftaran. Perihal produk berbasis syariah, OJK memiliki direktorat khusus yang mengawasi produk yang ditawarkan oleh penyelenggara fintech untuk memastikan kesyariahannya.

Diharapkan, peluncuran e-SBN bisa menjadi contoh bagi program pemerintah lainnya. Penggunaan fintech akan terus berkembang ke remote area sehingga seluruh program pemerintah bisa dilakukan lebih cepat, tepat sasaran, aman, dan nyaman bagi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun