Mohon tunggu...
Irma AsiTambunan
Irma AsiTambunan Mohon Tunggu... Guru - Riwayat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Irma pahlawan bertopeng

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia-Thailand Siap Kaji Tarif Kuota Impor

25 Juni 2019   00:25 Diperbarui: 25 Juni 2019   00:51 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (channelbiz.co.uk)

Resiprokal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tersebut berarti: "bersifat saling berbalasan."

Asas resiprokal sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan antarnegara, terlebih dalam hubungan bisnis atau perdagangan dua negara atau bilateral. Prinsip saling menerima perlakuan yang sama akan menjaga martabat satu negara di depan negara koleganya.

Inilah yang tengah terjadi dalam hubungan perdagangan antara Indonesia dan Thailand. Tidak karena semata-mata sama-sama bernaung dibawah payung ASEAN, membuat keduanya tidak boleh saling "berbenturan" kepentingan. Tarik-menarik kepentingan diantara dua negara tentu saja merupakan hal yang normal. Tentu saja sebuah negara harus selalu berusaha mementingkan dan mendahulukan kepentingan nasionalnya.

Saat ini yang tengah terjadi adalah Indonesia berharap Thailand membebaskan produk kopi instan dari pengenaan tariff-rate quota. Hal ini dikehendaki Indonesia jika buah-buahan Negeri Gajah Putih tak ingin tak terkena hambatan masuk ke Tanah Air.

Harapan itu disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam pertemuan bilateral dengan Pelaksana Tugas Menteri Perdagangan Thailand H.E. Chutima Bunyapraphasara di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-34 di Bangkok, Thailand.

"Saya sampaikan bahwa dengan Anda mengenakan TRQ untuk produk minuman jadi, tentu menyulitkan saya membahas di internal atau membuat hambatan ekspor buah mereka ke Indonesia lebih lancar lagi. Itu kan kesulitan, saya bilang, karena kita juga defisit," ujarnya seusai pertemuan seperti dilansir dari Republika, kemarin.

Enggar bilang, hambatan perdagangan dengan mengenakan kuota tertentu sekaligus bea masuk tertentu semestinya sudah tidak boleh lagi di antara ASEAN. Sayangnya, aksi proteksionis itu pada kenyataannya masih diterapkan di antara blok negara-negara Asia Tenggara. Idealnya, neraca perdagangan Indonesia dan Thailand harus sama-sama seimbang. Untuk itu perlu dicapai solusi akan menguntungkan perdagangan, baik itu Indonesia maupun Thailand.

"Kalau kita lakukan retaliasi, maka ini bagian dari trade war yang selama ini kita menyuarakan bersama-sama bahwa kita menolak untuk itu," tegasnya.

Dalam bilateral meeting itu, kedua menteri sepakat membentuk tim kecil untuk menginventarisasi daftar komoditas ekspor dan impor masing-masing negara. Indonesia dan Thailand berharap daftar itu menjadi informasi awal bagi kedua belah pihak untuk sama-sama meningkatkan perdagangan ke level yang seimbang.

Mantul (meme edit pribadi)
Mantul (meme edit pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun