Mohon tunggu...
Irma Afriyanti Bakhtiary
Irma Afriyanti Bakhtiary Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis Anak, Konselor Menyusui

Psikolog di PION Clinician @pionclinician. Konselor Menyusui dan Pengurus @aimi.asi. Psikolog Sekolah di SDI Tugasku Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ayah Asyik Dukung Asix

19 Juli 2021   11:39 Diperbarui: 19 Juli 2021   11:47 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Prolog: seorang ibu sedang menggendong bayi yang sedang menangis. Dengan wajah panik, si ibu berusaha menyusui bayinya dan menempelkan payudaranya kepada si bayi. Namun, bayi tersebut tetap menangis. Sang ayah yang berada di dekat ibu, mulai geram seraya berkata "duh, daripada nangis terus, udah kasih aja susu formula deh..". Ibu semakin bingung dan akhirnya si ibu ikut menangis.

Cerita di atas, mungkin pernah anda alami sendiri atau mungkin pernah anda dengar. Menyusui yang dianggap merupakan suatu hal yang natural dan alami, ternyata tidak semudah itu ketika dipraktekan. Alih-alih merasa kesulitan menyusui, akhirnya bayi diberikan susu formula dengan dot. Lalu, karena merasa terganggu dengan tangisan bayi dan juga sang ibu, suami pun merasa kesulitan untuk memberi dukungan bayinya menyusui.

Menurut Papalia, Olds & Feldman (2007), air susu ibu (ASI) disebut sebagai makanan pokok yang menyehatkan karena memiliki banyak keuntungannya bagi perkembangan fisik, emosi dan kognitif bayi. Berdasarkan rekomendasi dari WHO, bayi sebaiknya menyusui ekslusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun. Selama 6 bulan pertama, bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan asupan apapun (termasuk air putih). Setelah 6 bulan, bayi tetap menyusui dan diberikan makanan pendamping dengan gizi seimbang.

ASI ekslusif 6 bulan pertama memiliki berbagai keuntungan bagi bayi, ibu dan juga keluarga. Menurut Kemenkes (2018) keuntungan ASI ekslusif bagi bayi adalah:

  • Bayi terhindar dari berbagai penyakit, apalagi ASI di hari-hari pertama mengandung lebih banyak kolostrum yang dapat berfungsi sebagai antibod pada tubuh bayi.
  • Membantu perkembangan otak, fisik dan emosi bayi.
  • Membantu kelekatan (attachment) antara ibu dan bayi.

Keuntungan pemberian ASI ekslusif bagi ibu dan keluarga:

  • Mempercepat proses pemulihan paska melahirkan karena ketika sedang menyusui, rahim berkontraksi dan kembali mengecil seperti semula.
  • Jika bayi menyusu ekslusif kepada payudara ibu tanpa ada tambahan asupan apapun dan digantikan dengan media apapun selama 6 bulan pertama, dapat menjadi KB alami selama ibu belum menstruasi.
  • Mencegah kanker payudara pada ibu.
  • Mencegah stress atau depresi paska melahirkan.
  • Bagi keluarga, memberikan asi ekslusif tentunya lebih hemat, sehat dan bersih.

Beberapa penelitian yang disebutkan Kroll & Grossmann (2018) menunjukkan, bahwa anak berusia 5 tahun yang disusui minimal 6 bulan ketika bayi, memiliki skor inteligensi verbal lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak disusui. Selain itu, anak yang diberikan ASI ekslusif mengalami peningkatan skor inteligensi yang konsisten ketika diukur pada usia 1 hingga 7 tahun, dibandingkan anak yang tidak diberikan ASI ekslusif. 

Secara psikologis, menyusui dapat membantu proses attachment (kelekatan) seorang anak. Dalam proses menyusui, ketika orang tua memberikan respon yang tepat pada kebutuhan bayi, niscaya bayi akan merasa lebih aman kepada pengasuhnya. Bayi berkomunikasi melalu tangisannya dan gerakan tubuhnya, orang tua diharapkan paham akan kebutuhan bayinya; kapan ia lapar, popoknya basah atau mungkin kurang enak badan. Hal tersebut mungkin bertentangan dengan mitos di masyarakat yang sering kita dengar "katanya, jangan sering-sering di gendong, nanti bau tangan loh". Padahal, ini bukan hal yang tepat, justru sebaliknya, semakin kita memberikan respon yang tepat pada kebutuhan bayi, ia akan merasa lebih aman dan nyaman. Hal ini dapat menciptakan secure attachment pada seorang anak sehingga, ia akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri.

Terdapat berbagai faktor yang dapat mendukung keberhasilan pemberian ASI ekslusif diantaranya adalah:

  • Kondisi ibu; termasuk di dalamnya kondisi fisik, mental dan kesiapan ibu.
  • Lingkungan; keluarga, rekan kerja, dan juga rumah sakit tempat ibu melahirkan.
  • Dukungan; baik itu dari suami, orang tua, mertua, teman dan juga tenaga kesehatan yang membantu dan mendampingi ibu.
  • Pengalaman; pengetahuan ibu mengenai menyusui atau pengalaman menyusui sebelumnya.

Pentingnya dukungan ayah dalam keberhasilan menyusui

Salah satu faktor yang dapat mendukung kesuksesan pemberian ASI ekslusif adalah dukungan dari ayah. Menurut Ramadani & Hadi (dalam Wattimena dkk, 2015), istri yang suaminya mendukung pemberian ASI ekslusif berpeluang memberikan ASI ekslusif 2 kali lebih berhasil dibandingkan istri yang memiliki suami yang kurang mendukung pemberian ASI ekslusif. Oleh karena itu, betapa pentingnya peran ayah dalam mendampingi ibu agar berhasil menyusui buah hatinya.

Saat ini, seorang ayah sudah lebih banyak terlibat di dalam pengasuhan dan juga mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ternyata, ayah yang lebih terlibat dalam pengasuhan, memiliki kualitas hidup yang lebih baik (Eggbean & Knoester in Papalia et al, 2007). Tidak heran pada saat ini, banyak sekali support group atau komunitas para ayah untuk mendukung kesuksesan menyusui. Salah satu komunitas yang paling dikenal adalah Ayah Asi. Tidak hanya mendukung para istri mereka untuk menyusui dan pengasuhan, mereka juga gencar mengedukasi masyarat melalui sosial media, webinar dan juga kelas edukasi. Agar mudah dipahami dan dapat menggapai masyarakat awam, pesan yang disampaikan pun dibuat dengan bahasa yang santai, ringan dan terkadang menggelitik. Mereka mampu mengulas hal yang dianggap tabu dengan dengan tidak kaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun