Mohon tunggu...
iridious yuhanfelip
iridious yuhanfelip Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA Seminari Mertoyudan, Magelang

Saya seminari Seminari Mertoyudan. Haus akan pengetahuan dan ingin mendalami dunia baca tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lebih Manusiawi dalam Pendidikan

29 Oktober 2020   21:13 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:20 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Manusia Pusat Pendidikan

Pembelajaran selalu terkait dengan manusia. Hal itu sudah jelas menempatkan tingkatan derajat manusia yang luhur. Pendidikan dalam lingkungan sekolah pun perlu menjadikan manusia sebagai pusatnya. Diperlukan pendidikan yang lebih manusiawi. Pendidikan macam itu disebut humaniora. Ini bukan sesuatu yang sulit dijangkau. 

Menurut Martha Nussbaum, filsuf Amerika, pendidikan humaniora dimulai dengan sekolah dasar dan menengah yaitu dengan pelajaran sejarah, ilmu bumi dan sastra atau kegiatan seperti menulis cerita, menggambar, maupun mempraktekkan musik. Hal semacam itu justru semakin jarang diminati pelajar padahal humaniora semacam itu juga penting.

Prof. Dr. B. S. Mardiatmadja menyampaikan bahwa ada tiga prinsip yang disumbangkan humaniora kepada proses pendidikan. Pertama, dalam proses pengembangan “pikiran dan hati” harus berjalan bersama sebagai bagian kemanusiaan yang berkaitan. Kedua, peserta didik harus diberi kesempatan untuk berkenalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan abadi, di samping hal-hal yang secara kontekstual dihargai pada setiap budaya tertentu. Ketiga, dalam pendidikan harus ada kerja sama erat antara pendidik dan peserta didik serta antara teori dan praksis.

Dalam kenyataannya saat ini, praksis justru makin sulit. Namun itu tidak menghapus kesempatan untuk belajar. Justru di sinilah kita dapat memanusiakan para pelajar dan sembari itu berlangsung, pemerintah dapat menemukan jalan baru bagi pendidikan kita. Kita perlu menyadari pula bahwa pendidikan bukan sesuatu yang bisa dikebut cepat, ia harus melalui proses.

Disamping pengetahuan bertambah, keterampilan manusianya juga perlu digali. Kemajuan teknologi saat ini berpotensi menjauhkan pelajar dari belajar melalui proses, seperti membuat cerita tak lagi lewat coretan kertas padahal tulisan juga menjadi bentuk lain dari pengejawantahan karakter seorang, seperti dalam ilmu grafologi. Berkomunikasi dengan media sosial bisa menurunkan kemampuan pelajar untuk mengemukakan pendapatnya secara langsung. Hal itu perlu ditanggapi dengan penyediaan wadah bagi pelajar.

Kita dapat memulainya dengan kombinasi dalam belajar. Kurikulum dipadukan dengan eksplorasi para pelajar yang tetap mendapat tuntunan. Perkenalan dan pembiasaan dengan pengetahuan di luar pembelajaran sekolah perlu dilakukan. Hal itu akan membuka ruang belajar seperti mengetahui sastra, sejarah, tokoh inspiratif dan berita aktual. Itu dapat dilakukan dengan membaca. 

Dari situ pula, pelajar bisa menemukan minatnya yang sebenarnya, terlepas dari arus global yang seolah memukul rata semuanya. Pelajar tidak lagi dipaksa mengikuti kurikulum yang membebani namun dapat mengembangkan dirinya yang otentik dalam artian memiliki minat yang beraneka macam. Namun hal itu tidak juga menyingkirkan pembelajaran yang lainnya. Pelajar juga perlu mengenal ilmu di bidang lainnya supaya mereka juga terbiasa dengan persoalan kompleks yang umumnya harus diselesaikan dengan kaca mata lintas ilmu.

Dengan demikian kita tak hanya mengejar bonus demografi, namun lebih dari itu mencapai generasi emas Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun