Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Buku, Si Penambah Ilmu yang Menemaniku Saat Pandemi dan Quarter Life Crisis

3 Mei 2021   16:55 Diperbarui: 3 Mei 2021   17:01 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membaca buku, Foto oleh Thought Catalog dari Pexels

"Jadi bagaimana kamu sudah punya jawaban untuk pertanyaan tante?" Tanya tanteku. 

"Jawaban apa maksudnya tante?" 

"Kamu mau tidak menikah dengan pilihan tante? Umur kamu juga sudah 24 tahun" 

"Maaf tante untuk saat ini, menikah bukanlah prioritasku ". Tante nampak kesal dengan jawaban ini. Entah sudah berapa kali aku menolak calon pilihannya. 

Aku, perempuan yang dihadapkan pada krisis terhadap diri sendiri.

 Pandemi yang melanda dunia di tahun 2020 berpengaruh tidak hanya terhadap sektor kesehatan namun, juga pada sektor ekonomi. Banyak pekerja yang akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Tahun 2020 adalah tahun yang penuh dengan cobaan bagi kebanyakan orang. 

Aku juga terkena imbas dari pandemi. Di bulan Mei 2020, resmi menyandang status sebagai pengangguran. Tak menunggu lama, aku langsung mencari pekerjaan baru. Satu, dua , hingga entah berapa puluh kali lamaran pekerjaan aku datangi, sayangnya rezeki belum berpihak. Sedih? Marah pada nasib ? Sudah pasti. Aku sering bertanya pada diri sendiri, apa salahku ? Apa kekuranganku sehingga aku juga tak kunjung memperoleh pekerjaan? Padahal aku sudah belajar giat dalam menghadapi tes. 

Rasa kurang percaya diri mulai timbul dalam diri terlebih hidup di era digital yang erat sekali hubungannya dengan media sosial. Melihat teman-temanku di media sosial kelihatannya hidup mereka menyenangkan sekali. Mereka memiliki pekerjaan dengan gaji tinggi, dan bisa work from home membuat aku iri dengan pencapaian hidup orang lain. 

Aku pun tak bersemangat menghadapi hidup. Setiap hari hanya dihabiskan dengan bertanya apa kelebihan? Apa yang membuat aku tak kunjung diterima pekerjaan? Sebenarnya aku hidup untuk apa? Pertanyaan itu selalu ada di kepala. Terlebih banyak orang yang menyarankan untuk menikah saja. Entah sudah berapa kali tawaran calon suami aku tolak. Bagiku tujuan menikah bukan sebagai pelarian dari masalah hidup. Terlebih bukankah menikah di kehidupan nyata tak seindah di drama Korea?

Berteman Kembali dengan Buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun