Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seni Belajar Bersyukur dari Pikiran "Destination Addiction"

31 Maret 2021   13:44 Diperbarui: 31 Maret 2021   14:15 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Ava Motive dari Pexels

Pagi ini saya membuka gawai dan melihat berita yang tengah trending. Mata saya terpana ketika melihat artikel di medium.com, dengan judul "Life Is Happening Right Now. And Destination Addiction Won't Let You Love It". 

Hidup memang berjalan hari ini, tapi maksudnya dengan destination adicction?. Jiwa kekepoan saya muncul karena belum banyak artikel berbahasa Indonesia yang membahas istilah ini. Apa maksudnya adiksi dengan destinasi? Destinasi wisata?

Destination Adicction, istilah yang jarang didengar namun, sering dilakukan oleh banyak orang di dunia. 

Contoh kecil, ketika kamu selesai kuliah, lalu berpikir ketika ingin bahagia, kayaknya nanti aja deh senang-senangnya kalau udah dapat kerja atau kayaknya aku lebih bahagia kalo udah dapat kerja. 

Atau ketika berbelanja di supermarket dan mengambil barang sesuai kebutuhan. Tak sengaja melihat barang yang kamu inginkan, dikarenakan uang tak cukup, kamu tak bisa membelinya dan menaruh kembali di rak. Saat sedang antri di kasir dan melihat ternyata orang di depanmu mengambil barang yang tadi kamu inginkan. Kamu bergumam dalam hati kayaknya aku lebih bahagia kalo punya banyak uang dan bisa membeli barang yang aku mau. 

Kejadian-kejadian tersebut menggambarkan istilah destination addition. Destination addiction adalah pikiran dimana seseorang percaya bahwa kebahagian ada di masa depan. 

Dalam artikel di medium.com, Dr.Robert Holden, seorang psikolog berkebangsaan Inggris berkata bahwa orang yang memiliki pikiran destination addition akan menganggap bahwa sukses adalah tujuan dan berpikir bahwa mereka akan bahagia ketika sukses telah tercapai. 

Singkatnya orang dengan pola pikir seperti ini menganggap bahwa mereka tidak hidup di masa "sekarang" melainkan sibuk mencari cara agar bisa hidup di masa depan yang menurut mereka bahagia. Seperti akhir cerita di dunia dongeng pangeran dan putri menikah lalu hidup bahagia selamanya. 

Kalau kata anak milenial terlalu overthinking dengan masa depan, sehingga lupa menikmati masa sekarang. Orang yang memiliki destination addiction akan menganggap kebahagian ada ketika ia telah sukses. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun