Mohon tunggu...
Irham Al Hafizh
Irham Al Hafizh Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa

MedStud

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stem Cell: Terapi Stem Cell

19 Agustus 2019   21:55 Diperbarui: 19 Agustus 2019   21:57 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Isu Kedokteran

oleh Muhammad Irham Al Hafizh

Stem cell atau sel punca adalah sel yang relatif belum terspesialisasi yang bisa melakukan reproduksi diri secara tidak terbatas dan dalam kondisi tertentu bisa berdiferensiasi menjadi sel terspesialisasi tertentu. Maka, sel punca dapat memperbarui dirinya sendiri dan menghasilkan sel yang dapat berdiferensiasi menjadi suatu sel spesifik.(1) Apabila diibaratkan, sel punca adalah tanah liat yang bisa dibentuk menjadi apa saja. Sel punca dapat berdiferensiasi membentuk sel apapun dengan fungsi tertentu. Karena kemampuannya tersebut, sel punca belakangan ini digunakan untuk terapi pengobatan ataupun terapi rejuvenasi sel-sel organ tubuh yang rusak. Sel punca berpotensi menggantikan sel yang rusak atau mendukung mekanisme tubuh dalam memperbaiki sel yang rusak, seperti mengobati Parkinson, diabetes, dan cedera tulang belakang.(2) Terapi sel punca adalah inovasi yang tergolong baru di dunia kesehatan. Namun, dibalik potensinya tersebut, terapi sel punca menimbulkan beberapa kontroversi di kalangan masyarakat dan di kalangan tenaga kesehatan.

John Wagner, seorang profesor pediatri dan Direktur Divisi Hematologi-Onkologi dan Transplantasi Darah dan Sumsum di University of Minnesota, membuktikan keefektifan terapi sel punca dengan mengadakan uji coba menggunakan tikus yang menderita epidermolisis bulosa (kulit rapuh dan mudah melepuh) yang diberikan sejumlah sel punca yang berbeda-beda di laboratorium. Percobaan tersebut menunjukkan bahwa tikus tersebut mengalami perkembangan, seperti jangka waktu hidup yang lebih panjang dan kulit tidak melepuh. Kemudian pada manusia, perkembangan juga terjadi. Pada pasien yang tidak memiliki jari, jari mulai tumbuh setelah pasien melakukan transplantasi sel punca.(3) Hal ini menunjukkan bahwa terapi sel punca berpotensi menyembuhkan atau meringankan penyakit-penyakit dan kondisi-kondisi kesehatan yang berkaitan dengan genetik. Hal ini dapat membawa revolusi bagi pengobatan efektif di bidang kedokteran. Namun ternyata, pada kenyataannya, terapi sel punca belum diteliti secara lebih mendalam dan menyeluruh untuk menjamin keamanannya dan kebermanfaatannya. Penelitian yang kurang mendalam ini dapat berisiko merugikan pasien.(4)

Walaupun penelitiannya yang masih terbatas, terapi sel punca sudah menjadi primadona pilihan pengobatan alternatif bagi pasien akut. Hal ini dikarenakan pasien akut akan mencoba pengobatan apapun demi sembuh dari penyakit atau kelainannya. Hal ini lalu menyebabkan terbukanya pasar bagi para pebisnis untuk membuka klinik terapi sel punca. Namun sayang, para pebisnis seringkali salah menyimpulkan dan menginterpretasi hasil penelitian mengenai terapi sel punca yang kemudian berakibat pada tidak terjaminnya hasil terapi tersebut. Para pebisnis juga hanya menampilkan satu keberhasilan terapi sel punca kepada calon konsumen untuk menarik perhatian mereka.(5)

Kemudian, salah satu mitos yang beredar mengenai sel punca adalah sel punca tidak bisa mati. Hal ini kemudian menyebabkan masyarakat menyimpulkan bahwa jumlah sel punca akan menjadi tidak terbatas untuk melakukan terapi sel punca. Mitos ini berawal dari hasil observasi terhadap sistem hemapoietik. Pada sistem ini, umur sel punca sumsum tulang melebihi umur individu itu sendiri. Masyarakat mengira sel punca tidak akan mati karena sel punca yang masih aktif membelah walaupun donornya sudah mati.(6)

Kesimpulannya, potensi sel punca perlu diteliti lebih dalam lagi dari segala aspek, mulai dari bagaimana cara mengembangkan pengobatan sel punca untuk menjadi pengobatan yang resmi hingga bagaimana cara membuat industri sel punca beserta prosedur-prosedur yang ada di dalam dan di antaranya. Terapi sel punca berpotensi menjadi alternatif pengobatan yang efektif, mudah, dan terjangkau dalam mengobati kelainan genetik sehingga dapat menjadi harapan bagi pasien akut untuk mengurangi beban penderitaan yang mungkin dirasakan pasien.

Referensi:

(1) Campbell NA, Urry LA, Reece JB, Cain ML, Minorsky PV, Wasserman SA. Campbell biology. 11th ed. New York: Pearson Education Inc; 2016. Chapter 20, DNA tools and biotechnology; p.429.

(2) Berger AC, Beachy SH, Olson S. Stem cell therapies: Opportunities for ensuring the quality and safety of clinical offerings [Internet]. Washington DC: National Academies Press; 2014 Jun 18. [cited 2019 Aug 19]. Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK223197/

(3) Berger AC, Beachy SH, Olson S. Stem cell therapies: Opportunities for ensuring the quality and safety of clinical offerings [Internet]. Washington DC: National Academies Press; 2014 Jun 18. [cited 2019 Aug 19]. Chapter 2, Stem cell therapies--knowns and unknowns. Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK223192/#sec_00020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun