Mohon tunggu...
Irgi  Nur Fadil
Irgi Nur Fadil Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA INDONESIA Fakultas Pendidikan Agma Islam. Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki di Balik Daun

13 Maret 2018   01:09 Diperbarui: 13 Maret 2018   01:36 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Aku sengaja menyelinap di bawah dedaunan yang tumbuh rindang di samping kampus itu. Menyelinapku untuk menyembunyikan egoku, mencoba mengubah segalanya yang akan menjadi sesuatu perubahan kedepannya. Merubah bukan berubah, karena di setiap jalan yang akan di lewati nanti, banyak sekali ranting-ranting yang kan tumbuh subur, atau akan mati di telan musim semi.

Dari sekian hari yang kulewati bersamamu, kini aku merasa di posisi yang tidaklah aman. Aku dan kamu  yang kini menjadi kita adalah kesepakatan yang pernah kita ucapkan untuk saling menjaga. Mungkin hari ini aku terlalu gegabah dalam mengambil sikap, aku harus terus terang dengan diriku sendiri maupun dengan dirimu yang aku wakilkan dengan tulisan ini.

Sering kali aku merasa menjadi yang kedua dari beberapa hal yang ku anggap bisa lakukan nanti, waktu kita itu sempit. Sesempit ukuran celana dalam ukuran S yang harus di paksakan untuk orang dewasa. Padahal, ucapmu kala itu aku adalah prioritas untukmu. 

Artinya aku menjadi seoalah orang yang penting untukmu. Yang aku lihat dari sikapmu untuk ku, tidaklah menunjukkan untuk itu. Bagaima aku harus menyikapimu? Kamu adalah bingkisan tuhan yang harus ku sayang. Namun kau seolah membangkang dengan apa yang menjadi kesepakatan kita. Kau juga seoalah diam-diam membakar keyakinan dan kepercayaan ucapan mu.

Aku dan kamu adalah kita. Bukan aku dan kamu yang harus belajar berjalan. Yang bagaimanapun jalannya, harus kita pertanggung jawabkan. Aku menjagamu dan kamu menjagaku. Sebagaimana yang dulu pernah kita ucapkan. Atau malah kau sudah lupa dengan kesepakatan itu.

Kita adalah sepenggal sajak Joko Pinurbo "kita adalah cinta yang berjihad melawan trauma". Sikap-sikap mu akhir-akhir ini mengembalikan ku akan trauma yang lalu. Trauma yang membunuh sebagian otak-ku. Aku tidak meminta mu untuk menjadi yang aku inginkan dan bukan inginku merubah cara berpikir mu. Tidak sama sekali. Hari ini aku menunjukkan protes besar untukmu bahwa aku merasa kamu nomor duakan, dan aku cemburu dengan yang kau lakukan.

Kalaupun kepercayaan tidak lah lagi menjadi prioritas untuk mu. Aku minta sedikit saja, setetes malah, jaga keyakinan ku agar bisa bertahan di bawah daun-daun hijau itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun