Mohon tunggu...
Irfan Waqfeen
Irfan Waqfeen Mohon Tunggu... -

Learning something new

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjawab Tuduhan: Meninggal di Toilet

27 Juli 2013   12:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:58 2143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tuduhan lain yang sangat menjijikkan telah dibuat oleh para penentang dan juga pihak-pihak yang membenci Ahmadiyah berkenaan dengan kewafatan Hz. Masih Mau’ud as.Dikatakan dalam tuduhan itu bahwa Hz. Masih Mau’ud as meninggal di toilet (naudzubillah min dzalik). Tuduhan keji semacam itu sengaja dibuat untuk memberikan, membangun satu persepsi kepada masyarakat bahwa bagaimana mungkin Hz. Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwakan menjadi seorang nabi yang diutus oleh Allah SWT meninggal di satu tempat yang sangat menjijikkan (toilet). Tentu ini menandakan bahwa pendakwaan beliau itu palsu dan Allah tidak ridha kepadanya sehingga Allah menghukum nya dengan mewafatkannya di tempat yang kotor seperti itu.

Itulah persepsi yang ingin dibangun oleh para penentang Ahmadiyah.

Sungguh malang sekali mereka….sebegitu kotornya-kah pikiran mereka hingga bisa melontarkan fitnah keji semacam itu? Karena hati mereka diliputi kebencian yang membabi buta, sehingga mereka berusaha mencari-cari celah untuk melontarkan fitnah-fitnah keji dari segi manapun juga.

Fitnah tersebut tentulah harus bisa dibuktikan oleh sang pelontar fitnah. Karena kalo ia tidak bisa membuktikannya, maka….ahhkkk kita semua tahu bagaimana hukumnya fitnah dalam Islam dan bagaimana juga Allah mengazab orang-orang yang gemar menyebarkan fitnah.

Apa bukti yang konkrit dan nyata bahwa beliau meninggal di toilet? Apakah ada yang melihatnya langsung beliau meninggal di toilet? Adakah saksi yang menyaksikan dimana beliau meninggal?

Faktanya adalah:

1.Tidak ada seorang saksi pun yang menyatakan bahwa mereka melihat dan menyaksikan beliau meninggal di toilet!

2.Tidak pernah ada tertulis dalam buku-buku, literatur jemaat bahwa beliau meninggal di toilet!

3.Dokter yang merawatnya tidak pernah menyatakan bahwa beliau ditemukan meninggal di toilet!

4.Bahkan kenyataannya bahwa, fitnah ini tidak pernah muncul, ada dan tidak pernah dibicarakan pada waktu kewafatan beliau! Fitnah ini muncul jauh setelah kewafatan beliau. Tapi berdasarkan apa?? Tidak ada bukti sama sekali!! Hanya kebohongan dan fitnah belaka!!

Faktanya adalah Hz. Mirza Ghulam Ahmad as meninggal di Lahore ketika hendak menyampaikan beberapa pidato di sana (lahore). Dan penyebab kewafatan beliau bukanlah sakit Kolera, melainkan karena sakit diare/disentri dan beliau wafat di tempat tidur beliau. Walaupun begitu, pada masa-masa akhir usia beliau, beliau masih sempat merampungkan buku beliau yang terakhir, yaitu Piagham-e-Sulh (Piagam Perdamaian).

Berikut saya kutipkan detik-detik kewafatan beliau sebagaimana yang tercantum dalam buku “Ghulam Ahmad of Qadiani”:

“Ia menyelesaikan manuskrip itu pada tanggal 25 Mei, menyerahkannya kepada seorang sekretaris, dan setelah shalat ashar, ia mulai keluar rumah berlalan-jalan seperti biasanya. Sebuah kereta yang ditarik seekor kuda mengantarkannya keluar kota sehingga ia dapat berjalan-jalan lebih bebas di pedesaan. Ia kembali setelah satu jam dan tidur pada jam normal sehari-harinya.

Ia merasa sakit malam itu dan seorang dokter dipanggil. Mereka menyadari bahwa ia sakit berat. Kadang-kadang sadar kadang-kadang tidak sadar. Masih dini pagi hari ia bertanya, "Apakah sudah waktu shalat?", dan seorang sahabatnya, berdiri di dekat dipannya menjawab, "Ya Tuan, ini waktu shalat.

Kemudian ia tayammun dan mulai shalat. Ia hilang kesadaran selagi shalat, kemudian sadar lagi dan melanjutkan shalat, menyelesaikan shalatnya perlahan-lahan. Ia kemudian dalam keadaan setengah sadar, tetapi manakala sadar lagi dapat didengar ia mengulang-­ulangi, "Wahai Tuhan, Tuhan-ku Yang Maha Kasih Pada pukul 10.30 pagi, nampak terdengar oleh keluarga beliau yang berada di sampingnya bahwa beliau menarik nafas panjang sebanyak dua kali. Kemudian beliau pun akhirnya wafat. (Ian Adamson, Ghulam Ahmad of Qadian (edisi Bahasa Inggris), hlm. 317)

Putera beliau, Hz. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menceritakan detik-detik kewafatan beliau sebagai berikut:

“Tempat tidur saya tidak jauh dari tempat tidur beliau. Saya pun bangun dan melihat keadaan beliau yang sangat gelisah. Para dokter telah datang dan mulai mengobati beliau. Tetapi obat-obatan itu tidak dapat menolong. Akhirnya obat diberikan melalui suntikan dan beliau pun dapat tertidur. Pada waktu subuh, beliau terbangun dari tidur dan melaksanakan shalat shubuh. Suara beliau serak, sehingga sulit berbicara. Kemudian beliau meminta pena dan tinta untuk menulis sesuatu, tetapi karena terlalu lemah, beliau tidak mampu memegang pena lagi dan tidak dapat menulis. Beliau pun merebahkan diridi atas tempat tidur. Tidak lama kemudian tampak beliau seperti tertidur.

Pada tanggal 26 Mei 1908, pukul 10.30 pagi, beliau akhirnya berpulang ke Rahmatullah dan sepanjang umurnya beliau telah mengkhidmati agama Allah (Islam). Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Sewaktu sakit, hanya satu perkataan yang selalu beliau ucapkan, yaitu “Allah” (Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, hal. 69)

Hazrat Mirza Ghulam wafat di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908 di usia 73 tahun. Beliau hendak dimakamkandi Qadian sehingga agar jenazah beliau diperbolehkan untuk dibawa ke Qadian mengggunakan kereta api, dokter harus memeriksa jenazah beliau untuk meyakinkan bahwa beliau tidak meninggal dikarenakan penyakit kolera. Perlu diingat bahwa pada saat itu terdapat peraturan yang sangat ketat dari pemerintah Inggris yaitu larangan untuk memindahkan jenazah yang meningggal karena kolera (karena ditakutkan akan menular) dari suatu tempat ke tempat lain. Dokter yang memeriksa jenazah beliau kemudian mengeluarkan sertifikat kematian tapi di dalam sertifikat tersebut, tidak ada disebutkan bahwa beliau meninggal karena penyakit kolera (sebagaimana yang dituduhkan) atau meninggal di toilet, melainkan di dalam sertifikat itu mereka mencatat bahwa penyakit yang diderita oleh beliau adalah “penyakit kompilasi yang diakibatkan oleh diare”. Tidak diragukan lagi bahwa apabila kita menderita sakit diare yang akut, maka tubuh ini akan terasa lemas dan bahkan saking lemahnya, bisa berujung kepada kematian. Tapi itu tidak berarti bahwa beliau meninggal di toilet sebagaimana yang dituduhkan oleh penentang beliau.

Seandainya jenazah Hz. Masih Mau’ud as tidak dipindahkan dari Lahore ke Qadian, maka masalah ini (tuduhan mengenai kolera) dapat saja dilontarkan. Akan tetapi, Allah Taala telah mentakdirkan bahwa kewafatan beliau terjadi di Lahore dan jenazah beliau dapat dipindahkan ke Qadian dan pada akhirnya dimakamkan di Qadian. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab kewafatan beliau bukan karena kolera, karena kalau beliau wafat karena penyakit kolera, maka sesuai peraturan Inggris, niscaya jenazah beliau tidak akan dapat dipindahkan dari Lahore ke Qadian.

Di dalam Majelis Nasional Pakistan pada tahun 1974, ketika Khalifah Ahmadiyah ketiga, Hz. Mirza Nasir Ahmad diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai Ahmadiyah, salah satunya adalah pertanyaan tentang kewafatan Hz. Mirza Ghulam Ahmad as. Ketika beliau memberikan bukti sertifikat kematian Hz. Masih Mau’ud as, para ulama menjadi sangat terkejut, karena mereka sebelumnya mengatakan kepada Majelis Nasional Pakistan bahwa Masih Mau’ud meninggal karena kolera. (Lihat Review of Religion, hal. 28-29)

Demikian saja ulasan dari saya. Semoga informasi ini dapat menambah referensi kita, pemahaman kita sehingga tidak asal menuduh dan memfitnah.

Maaf kalo tulisannya kepanjangan…hehe

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun