Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Populasi Mempengaruhi Polusi Udara, Benar atau Tidak?

19 Januari 2023   12:47 Diperbarui: 19 Januari 2023   14:00 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Pixabay/FuN_Lucky

 

Polusi udara menjadi salah satu pembunuh diam-diam di tengah populasi penduduk dunia yang semakin bertambah. Greenpeace Asia Tenggara menyatakan bahwa lima kota dengan populasi terpadat di dunia pada tahun 2020 mengalami kematian sebanyak 160.000 jiwa akibat polusi udara PM 2.5. Data tersebut diambil Greenpeace Asia Tenggara dari data IQAir.

Polusi udara tidak bisa dipisahkan dari populasi penduduk di suatu wilayah. Banyak faktor yang mempengaruhi polusi udara, salah satunya berasal dari asap transportasi. Populasi penduduk berdampak pada tingginya angka penggunaan transportasi. Terutama di Asia Tenggara, banyak penduduk di kawasan ini yang menggunakan kendaraan pribadi sebagai transportasi utama. Hal inilah kadangkala menjadikan populasi sebagai kambing hitam terjadinya polusi udara.

Polusi memiliki pengertian yang berbeda dari populasi. Polusi adalah menyatunya suatu senyawa kimia dalam suatu lingkungan yang dapat mengganggu stabilitas ekologi dan kesehatan manusia. Polusi udara memiliki klasifikasi berdasarkan tempatnya, yaitu point source (titik sumber) dan nonpoint source (bukan titik sumber). Negara India dan China adalah negara yang memiliki tingkat polusi yang tinggi di Asia.

Polusi memiliki banyak jenis, yang paling sering dijumpai diantaranya adalah polusi udara, polusi air, polusi tanah, polusi panas, polusi suara, dan polusi visual. Polusi udara adalah salah satu penyebab kematian yang mematikan bagi manusia.

Penyebab kematian ini tidak dapat dirasakan secara langsung bagi orang yang tubuhnya sehat. Namun, dampak dari polusi udara dapat dirasakan bagi mereka yang sensitif. Ada pun tingkat polusi udara yang bisa dirasakan oleh orang yang memiliki tubuh yang sehat.

IQAir menggunakan PM.2.5 sebagai rumus pengukuran indeks kualitas udara. Pengukuran kualitas udara IQ Air terdiri dari enam tingkatan, yaitu Good, Moderate, Unhealthy for Sensitive Groups, Unhealthy, Very Unhealthy, dan Hazardous.

Negara-negara dengan tingkat populasi tertinggi di dunia memiliki indeks kualitas udara yang buruk. New Delhi memiliki kualitas udara dengan nilai indeks AQI Us 181 yang berarti Very Unhealthy. Populasi penduduk di New Delhi sebanyak 30 Juta jiwa. Kepadatan dan aktivitas penduduk menjadi penyebab buruknya kualitas udara di New Delhi.

Kepadatan penduduk termasuk dalam bingkai populasi. Populasi sendiri merupakan bahan yang dijadikan penelitian sebab memiliki ciri dan karakteristik yang unik, sehingga menarik untuk diteliti. Populasi diartikan sebagai jumlah suatu objek dalam suatu wilayah tertentu. Misalkan populasi manusia di New Delhi sebanyak 30 Juta jiwa. Hal inilah yang dimaksud populasi. Oleh sebab itu, populasi berkaitan dengan polusi meski keduanya memiliki pengertian yang berbeda.

Mengatasi polusi udara adalah mengatur kedisiplinan populasi manusia di wilayah tersebut. Masalah utama dari polusi udara adalah ketidaksadaran individu dan masyarakat terhadap kualitas udara di wilayahnya. Masalah ini diperparah dengan perilaku konsumtif masyarakat terhadap transportasi.  Ada yang menyebutkan kalau, polusi udara di India disebabkan oleh kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor mengeluarkan polutan, yaitu karbon monoksida (CO). Polutan ini adalah bahan pencemar yang diakibatkan proses pembuangan gas kendaraan bermotor. Selain (CO), juga terdapat beberapa senyawa hidrokarbon, oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), ada juga partikulat debu yang termasuk timbal (PB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun