Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Udara Kotor di Pasar Kemis, Penyakit Sosial Masyarakat Suburban

12 Januari 2023   15:15 Diperbarui: 13 Januari 2023   05:06 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi polusi udara menyebabkan buruknya kualitas udara. Sumber: Freepik/Frimufilms via Kompas.com

Menjadi warga pinggiran Jakarta memang memiliki ciri dan kebiasaan yang hampir sama. Tangerang adalah tempat saya tinggal, terletak tepat di pinggir Jakarta atau bisa disebut sebagai (Sub-Urban). Selain gaya hidup yang mempengaruhi lingkungan tempat saya tinggal. Kualitas udara buruk juga turut serta menjadi teman setia saya dan warga Tangerang. Hal itu membuat Tangerang tampak begitu sesak, seperti Jakarta.

Wilayah yang sesak di Tangerang berada di Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang. Menurut Data BPS tahun 2020, wilayah ini memiliki luas 28,874 Km2 dengan jumlah penduduk 362,258 Jiwa. Pasar Kemis juga sebagai kawasan industri pabrik. Dengan luas wilayah, jumlah penduduk dan wilayah yang menjadi kawasan industri, wajar saja bila Pasar Kemis pernah menduduki peringkat nomor satu dengan kualitas udara terburuk se-Indonesia.

Saat tulisan ini dibuat, kualitas udara menurut IQAir, bahwa kualitas udara di Pasar Kemis tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan indeks 133 AQI US dan menduduki urutan ketiga setelah Kota Bandung dan Cileungsir. Ini turut memprihatinkan bagi warga Pasar Kemis, sebab udara bersih adalah hak setiap manusia.

Udara yang buruk menimbulkan banyak permasalahan kesehatan yang serius. Banyak penelitian yang menyebutkan kalau udara buruk dapat memicu timbulnya sel kanker, stroke, hingga mempengaruhi kesehatan mental. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian bagi kita semua untuk sadar bahwa hidup dengan udara buruk bukanlah suatu hal yang terjadi begitu saja, tapi ada faktor yang mempengaruhinya.

Adapun dugaan faktor yang mempengaruhi kualitas udara buruk di Pasar Kemis, seperti Dikutip dari Antara News Banten, Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Kab. Tangerang, menduga bahwa aktivitas industri dan jumlah volume kendaraan menjadi penyebab utama kualitas udara buruk di Pasar Kemis.

Warga Pasar Kemis banyak menggunakan sepeda motor sebagai transportasi utama untuk bepergian. Padahal wilayahnya tidak lebih dari 30 Km 2. Perlunya kebiasaan baru untuk mengurangi polusi udara di Pasar Kemis, yaitu dengan bersepeda. Kebiasaan bersepeda belum menjadi sebuah kebiasaan yang penting sebagai warga Pasar Kemis.

Sebagai warga Pasar Kemis, saya mengetahui persis jarak antara sekolah dan rumah, jarak antara rumah dan tempat kerja, jarak antara rumah dengan tempat nongkrong (Coffee Shop, Food Court, Restaurant) jaraknya tidak lebih dari 10 Km, rata-rata 5 Km dari tempat tinggal kebanyakan orang. Umumnya, orang berolahraga dengan bersepeda adalah 16 Km. Jadi, bersepeda bisa menjadi rutinitas bagi warga Pasar Kemis untuk mengurangi kualitas udara buruk.

Udara Kotor di Pasar Kemis. Pixabay/Foto Rabe
Udara Kotor di Pasar Kemis. Pixabay/Foto Rabe

Untuk itu pemerintah tingkat kecamatan dan kabupaten perlu mewujudkan wilayah Pasar Kemis menjadi wilayah yang ramah untuk pesepeda. Pemerintah setempat bisa melihat kota-kota di dunia ini yang ramah pesepeda. Seperti di Amsterdam, Belanda atau di Copenhagen, Denmark. Dengan kota yang ramah pesepeda, upaya pemerintah untuk menurunkan indeks udara buruk di Pasar Kemis akan berhasil sekaligus membangun budaya baru yang populis.

Sekolah, Pabrik, Instansi pemerintah, dan tempat nongkrong bisa menyediakan parkiran sepeda yang layak untuk warga Pasar Kemis. Supaya budaya bersepeda timbul dan dihargai eksistensinya. Hal ini tentunya bukan barang mudah yang dilakukan secara instan. Perlu juga upaya dari warga Pasar kemis untuk mewujudkan budaya ini. Sebab, tidak ada pilihan lain selain menekan penggunaan kendaraan bermotor untuk kebutuhan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun