Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Perjuangan Cinta "Jauh di Savana"

24 November 2021   17:30 Diperbarui: 24 November 2021   18:25 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen kali ini bercerita tentang perjuangan cinta. Cinta diyakini menjadi kekuatan seseorang dalam bertahan hidup. Karena cinta juga orang masih mempercayai harapan.

Berikut Cerpen tentang perjuangan cinta yang berjudul Jauh di Savana

Jauh di Savana

Langit biru yang dilengkapi awan-awan tebal diiringi suara angin riuh yang menyejukan hati yang marah. Bentangan savana terhunus angin menggelembung bagai ombak tenang di samudera yang luas serta dalam. Matahari yang masih saja setia dengan terik dan suara angin masih saja riuh. 

Ku tatap jauh sebuah sebuah sudut bumi dari savana yang membentang lingkar. Kira-kira 180 derajat oleh mata. Padanya ku serahkan semua rasa dengki. Ku tarik napas kemudian rumput mengikuti bergelombang. Ku sandarkan punggungku pada sebuah pohon yang berdiri tegak dan tumbuh di tengah hamparan savana. 

Aku letakkan tas kayu yang berisi alat lukis di sampingku sementara rasa haus akibat terlalu lama berjalan di tengah savana, aku teguk sisa air yang kuambil di sungai tadi. Tapi, matahari masih saja terik meski haus kini sudah memudar. Aku memandang lukisan lamaku, aku ambil kemudian ku pandangi. 

Tiba-tiba aku teringat pada waktu ketika aku berhasil memberikan lukisan ini pada Erisa, dia bawanya dan dia peluknya lukisanku. Kemudian membayar dengan senyuman manisnya dan sedikit bahasa isyarat yang artinya terima kasih banyak. Erisa tidak bisa berbicara sama sekali, bahkan bahasa isyaratnya pun tidak pandai dan masih sulit dipahami, aku mengajarinya sedikit demi sedikit. 

Tapi, Erisa begitu cantik, dengan kulitnya yang hitam legam dan gelang yang dipakainya tanda dia milik tuannya dan gelang yang satunya aku berikan sebagai tanda dia milikku. 

Namun, Erisa kini dijual Tuannya karena perkebunan kapas milik Tuannya baru saja dibakar oleh pesaingnya. Sobek pada lukisan ini karena aku mengambilnya dari Ayahku, Si Tuan jalang yang menjual belahan jiwaku pada begundal pengepul para manusia. 

Angin tiba-tiba semakin kencang dan matahari pun menuju ke tempat ia tenggelam. Tenggelam bersama langit biru dan awan bisa saja mendung ditinggalkan matahari dan langit kebiruan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun