Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengendalikan Diri dari Jebakan Konsumerisme

6 Juni 2021   19:26 Diperbarui: 6 Juni 2021   19:28 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Penulis

Dalam video tersebut juga disebutkan bahwa manusia lebih sering menggunakan otak emosional daripada otak rasionalitas dalam mengambil keputusan. 

Mari kita menarik bagaimana keputusan emosional mempengaruhi manusia dalam memutuskan untuk membeli suatu produk atau barang. Berbagai macam produk yang ditawarkan bukan menawarkan nilai guna, tapi menawarkan nilai kepuasan yang mempengaruhi kerja otak emosional.

Pada zaman yang serba canggih dan dinamis ini. Semua bisa masuk ke dalam otak kita dan otak dengan cepat merespon. Arus informasi yang kita terima juga tidak dapat kita filterisasi. 

Sebagai contoh adalah notifikasi diskon produk sepatu sampai dengan 70%. Notifikasi itu kita terima, lewat iklan di media sosial atau melalui notifikasi langsung dari bar notifikasi telepon kita.

Pengaruh buruk digitalisasi salah satunya adalah kita tidak dapat membendung arus informasi. Semua informasi baik buruk masuk dan di respon. 

Satu-satunya yang dapat kita lakukan saat ini adalah meningkatkan kesadaran diri akan bahaya dan malapetaka dari bom notifikasi yang tidak kita inginkan. 

Dengan cara menutup notifikasi aplikasi yang tidak perlu, menghindari menonton TV sepertinya menggunakan YouTube premium lebih baik untuk kesehatan mental dan finansial, banyak baca buku dan mengurangi diri dari penggunaan media sosial.

Dengan meningkatan kesadaran diri kita, kita lebih memahami apa yang diinginkan diri sendiri. Untuk itu penting sekali mengontrol emosi dan mengelola emosi menjadi lebih baik. 

Supaya emosi kita tidak dijadikan target pasar oleh para pengendali pasar yaitu kaum kapital. Bukan maksud mengkritik kapitalisme, tapi memang begitu kenyataannya.

Saya kira hal-hal yang disebutkan diatas dapat membantu untuk mempengaruhi diri kita untuk lebih memilah apa yang kita butuhkan dan kita tidak butuhkan. 

Jangan sampai kita dibuat bingung dan pada akhirnya kita terbawa oleh arus. Sebagai makhluk yang berpikir, kita harus terus berpikir terhadap hal-hal yang masuk ke dalam diri kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun