Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Para Pecun

4 November 2020   14:12 Diperbarui: 4 November 2020   14:15 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mimpi ini dikutuk
Pagi bangun terlentang
Puluhan bir kaleng berserakan
Muntah di atas laptop
Pagi akan terasa berat
Dinantinya fajar berbisik
Sambil menyalakan lampu kamar mandi
Dia berdiri dan kencing setengah sadar
Tewas hatinya dimakan busuknya luka-luka
Diendapnya luka-luka
Membunuh racun yang mendarah
Derah desus malaikat maut menghampiri
Pohon-pohon tersenggol angin merinai
Mimpinya dimakan lagi
Sajadah dihamparkannya, waktunya tewas
ditebas deru debu jalanan
Diucapkannya janji seribu tagihan
Mati hatinya karena merindu,
Ibu
Pulangkan aku dari jalan jalangnya kehidupan
Matanya sayup, sinar hatinya redup
Peduli bisikan iblis dari pada malaikat
Dibiarkan luka-luka terbuka
Bercerita,
Tersedu-sedan, di atas kaki-kaki ibu kota
Jalangnya jalan raya, begitu pahitnya menggoda
Demi gincu yang tetap membara
Gerombolan pecun datang membelot para germonya
Dibawanya dua lusin mimpi yang habis terbuang
Mama, dunia ini panggung kekecewaan
Germo lebih jalang dan melata
Begitu iblis menemani, dia sampaikan pada malaikat
"Surga tetap dirindukan, pantaskah seorang pecun terus dihisap dan tidak memiliki kebahagiaan?"
Penggembalaan sekaligus pemenggalan domba-domba di ladang tandus
Gersang, domba itu seperti mimpi yang tidak diinginkan hadir
Kini kesendirian begitu tenang, luka ulah manusia kini perlahan hilang
Padanya dia lewati bahagia dengan iringan lagu duka
Penuh rintang sang melankolia
Begitu matanya tergambar getir kebingungan
Jiwanya lemah karena terenggut rencana
Di ruang-ruang sepinya, dia merawat
Luka. Sendiri

Cilegon, 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun