Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melawan Patriarki Dalam Novel "Perempuan di Titik Nol"

11 Mei 2020   14:47 Diperbarui: 11 Mei 2020   15:23 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Yayasan Obor Indonesia

Menurut pandangan saya novel ini relevan untuk kondisi di Indonesia yang sama patriarkinya dengan Mesir, karena masih banyak pandangan bahwa perempuan lemah dan tidak lebih kuat dari laki-laki, perempuan harus mendapatkan perlindungan dari laki-laki, perempuan tidak boleh keluar malam kalau tidak ingin dilecehkan dan masih banyak lainnya. 

Pandangan tersebut berseliweran di daerah, di sudut-sudut kota dan di dalam rumah. Oleh karena itu, novel ini perlu dibaca supaya pandangan kita terhadap perempuan lebih terbuka.

Perempuan di Titik Nol. Bukan merupakan sembarang novel tapi mengajarkan pada kita semua tentang Humanisme. Novel ini secara eksplisit menjelaskan bahwa kebebasan manusia adalah hak asasi, oleh karena itu kita perlu memperjuangkannya. 

Perempuan dalam hal ini ditempatkan yang tidak bebas dan dikutuk untuk patuh terhadap suaminya yang kerap memperbudak. Sehingga pada akhirnya, Firdaus mendapatkan kebebasannya dari menjadi pelacur. Namun lagi-lagi, dalam novel ini menjelaskan tentang bagaimana semua orang mendapatkan kebebasannya karena uang. 

Sampai pada akhirnya perjuangan untuk membuktikan kebenarannya itu, Firdaus memilih hukuman mati dari pada hidup bersama orang-orang munafik. Firdaus telah berjuang dan membuktikan bahwa kebebasan tidak diraih dengan cara diam dan mengeluh. Firdaus melawan. Perempuan melawan ketidakadilan.

Dalam hal ini, sejarah mencatat bahwa dominasi laki-laki sudah ada sejak manusia mulai menganggap bahwa perempuan lebih baik di rumah dan laki-laki berburu, kemudian perempuan karena hamil tidak usah bercocok tanam oleh sebab itu laki-laki yang menanam. 

Sampai pada estetika disematkan pada tubuh perempuan. Praktek patriarki dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja bahkan lingkungan sosial. 

Adanya gerakan Feminisme membuat perempuan sedikit lebih diakui keberadaannya sebagai manusia yang sama dengan laki-laki. 

Mulai dari perjuangan politik, diskriminasi gender, eksploitasi kecantikan sampai yang ekstrem pernah dilakukan perempuan agar menghilangkan patriarki. Namun, budaya dan agama tanpa logika akan mewarisi patriarki.

 Hukum Alam bisa diubah kalau tidak ada anggapan bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki. Padahal perempuan membuktikan kekuatannya dengan mengandung bayi dan melahirkan. 

Itu baru salah satu, penelitian menjawab bahwa perempuan bisa lebih kuat dari laki-laki dalam hal mengangkat beban. Oleh karena itu, Yuk kita rubah pola pikir kita terhadap perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun