Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Candu Agama dan Stereotip Waria

7 Mei 2020   00:50 Diperbarui: 7 Mei 2020   01:03 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agama adalah candu merupakan kalimat yang selalu dikaitkan dengan seorang filsuf komunis yaitu Karl Marx. Akan tetapi kata candu yang dimaksud itu digunakan untuk menggambarkan kelas pekerja. Karena pada saat itu para pekerja menggunakan opium untuk menenangkan diri akibat problematika pekerja yang pada akhirnya membuat candu. 

Agama digunakan oleh para penguasa untuk menenangkan masyarakat supaya untuk bersyukur atas apa yang terjadi termasuk penghisapan manusia atas manusia. 

Di abad ke-21 ini, masih sangat relevan ditemui orang yang berlindung atau mencari ketenangan atas dasar teologi, akan tetapi permasalahan di abad ini nampaknya lebih kompleks dan lebih berbahaya karena seseorang bisa jadi aparatur penegak agama dengan dalil kafir, haram dan musuh agama.

Sebelumnya pernah terjadi di Indonesia, razia buku yang dilakukan sekelompok orang yang mengatasnamakan agama. Mereka merazia buku yang mereka anggap bernuansa komunis. Dogma komunisme di Indonesia dilekatkan dengan label kafir atau anti-Tuhan oleh karena itu mereka halal untuk diadili. 

Belum lama ini, seorang kreator media (YouTube) bernama Ferdian Paleka membuat sebuah konten YouTube yang ditujukan kepada transpuan (Waria). Isi konten tersebut secara garis besarnya bahwa Ferdian, melakukan Prank dengan memberi sampah yang diambilnya dari tempat sampah kemudian ditaruh di kardus yang diikat rapi kemudian diberikan kepada para transpuan. 

Dalil yang digunakan Ferdian dan kawannya, bahwa waria (dia menyebutnya bencong) adalah kaum yang terkutuk dan dalam Agama Islam, mealalui tafsiran Ferdian mereka adalah kaum sodom yang patut mendapat perlakuan keji. 

Dari peristiwa tersebut jelas bahwa agama selalu dipakai untuk membentengi tindakan anti-kemanusiaan, sama seperti Ku Klux Klans di Amerika Serikat yang membunuh orang kulit hitam atas dasar supremasi kulit putih. 

Kasus Ferdian ini dan kasus lainnya menyatakan bahwa agama masih dipakai sebagai penenang jiwa atas dosa yang kompleks dan agama dipakai sebagai pelindung untuk membuat perilaku menjadi baik.

Kurangnya pengetahuan mengakibatkan kasus Ferdian ini memiliki banyak pro-kontra. Bahkan YouTuber bernama Iemrusdiy memberikan reaksi di kanal YouTube-nya. Reaksi tersebut sangat dipenuhi unsur kebencian, karena dalam video reaksi tersebut Iemrusdiy menjelaskan seharusnya para waria ini hukumannya ialah dibunuh dan ia juga menjelaskan bahwa waria itu dilaknat oleh Tuhan. 

Reaksi tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mendukung tindakan Ferdian Paleka. Padahal reaksi tersebut sama sekali tidak mencirikan agama Islam yang damai dan tidak berlandaskan ilmu pengetahuan. Minimnya tingkat literasi di Indonesia cenderung menggunakan agama sebagai satu-satunya landasan dalam berpikir. 

Menurut survei Central Connecticut State University (CCSU) pada Tahun 2016, Indonesia berada diposisi urutan 60 dari 61 Negara.  Angka itu menunjukan bahwa Indonesia masih terbelakang di dunia dalam hal literasi. Literasi yang tidak baik akan membentuk pola pikir yang tidak rasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun