Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anarkis Bukan Anarko yang Terorganisasi

13 April 2020   02:00 Diperbarui: 15 April 2020   07:22 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Irfan Suparman

Pertama, polisi memukuli para demonstran saat aksi #REFORMASIDIKORUPSI.

Kedua, polisi melakukan tindak kekerasan terhadap warga kulon progo saat membela hak atas tanahnya yang akan dijadikan NYIA.

Ketiga, polisi melakukan tindak kekerasan pada demonsran pilpres 2019. Apakah tindakan polisi tersbut adalah tindakan seorang anarkis. Jelas bukan, karena tindakan tersebut dimaksud untuk meleraikan kekacauan.

Tapi apakah harus dengan cara kekerasan, aku pikir yang harus dilakukan adalah pertahanan diri tapi bukan langsung menuju terhadap kekerasan.

Masih ada cara yang dapat dilakukan dengan humanis, aku sangat setuju yang melakukan perusakan atau yang mengancam nyawa seseorang dapat dikenakan delik kemudian diadili secara peradilan.

Aku juga mengutuk kekerasan sebagai solusi. Polisi harus menjadi hero saat ini dan jangan otoritas hero yang disematkan media dan masyarakat kepadanya justru melakukan tindakan brutal. Polisi yang seperti itu tindak pantas menjadi hero bagi masyarakat.

Orang yang mengaku dirinya anarkis tidak bisa membentuk organisasi atau kelompok yang ada hirarkinya karena paham anarkisme menganggap semuanya setara dan tidak ada yang menjadi ketua.

Jadi usaha untuk menjarah dan membakar kemudian terorganisasi dengan jadwal itu bukanlah manifesto anarkisme. Melainkan orang yang menginginkan kehancuran. Masa depan yang hancur dan ditumbuhi kesenjangan sosial yang tinggi.

Orang-orang itu sangat pesismistik terhadap peradaban dan perkembangan sosial, cita-citanya adalah distopia. Distopia adalah keadaan dimana imajinasi terhadap masa depan adalah kehancuran.

Sementara yang kita ketahui bahwa anarkisme ini adalah paham yang utopia. Harapan atas kehidupan yang damai, indah, dan tentaram tanpa adanya penindasan individu dengan individu.

Utopia ini hanya ada dalam bayangan, para anarkis ini adalah utopis. Gagasan mereka atas kehidupan hanya akan ada dalam bayangan, sementara kapitalisme sudah sangat besar kaitannya dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sudah saatnya, media menjelaskan anarkisme itu dalam sisi utopianya ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun