Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anarkis Bukan Anarko yang Terorganisasi

13 April 2020   02:00 Diperbarui: 15 April 2020   07:22 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Irfan Suparman

Apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia saat ini, penanganan terhadap Covid-19 atau pemburuan para Anarko, dengan barang buktinya saja, tidak ada buku pemikir Anarkisme itu sendiri.

Aku malah melihat buku Corat-Coret di Toilet karya Eka Kurniawan. Aku sama sekali tidak melihat ruh Joseph Proudhon atau Stirner bahkan Bakunin yang manifestonya kerap menggunakan jalan kekerasan.

Melihat peristiwa itu diberbagai media televisi dan media sosial/online, secara pribadi Aku sangat kagum dengan polisi yang terlihat seperti kepolisian Gotham dalam serangan teroris.

Di Indonesia, kepolisian kota Tangerang telah berhasil menyelamatkan penduduk Pulau Jawa dari pembakaran disertai penjarahan masal pada tanggal 18 April 2020. Peristiwa tersebut, akan menjadi catatan historis Polisi dengan label heroisme.

Mereka menyebutnya Anarko, tapi dalam KBBI yang benar adalah Anarki-Anarki dalam KBBI berarti hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan atau ketertiban. Anarki juga bisa berarti kekacauan dalam suatu negara. Anarko yang dimaksud sebenarnya adalah anarkis.

Dalam KBBI Anarkis adalah penganut paham Anarkisme atau orang yang melakukan tindakan anarki. Jadi untuk melabeli seseorang yang menganut paham anarkisme itu bukan anarko, tapi yang benar adalah anarkis.

Saat ini polisi sudah melabeli para anarkis ini pembuat onar dan yang membaca buku Eka Kurniawan. Padahal sejatinya paham anarkisme bukan paham yang suka dengan kekerasan atau dengan membakar cocktail molotov. Bahkan anarkisme menolak perang dan kekerasan.

Menurut Alexander Berkman dalam Bukunya yang berjudul ABC Anarkisme ditulis bahwa anarkisme mengajarkan bahwa kita dapat hidup di dalam sebuah masyarakat di mana tidak ada pemaksaan macam apapun juga.

Pemaksaan yang dimaksud adalah tidak adanya pihak yang dapat memaksakan untuk menuruti kehendaknya. Dalam hal ini, yang suka memaksa kehendak adalah undang-undang, aturan, atau otoritas yang berkuasa.

Oleh sebab itu anarkisme tidak memerlukan negara untuk mengatur hidup individu yang bebas.

Kebebasan individu ini sangat sakral dalam paham anarkisme. Perang merenggut kebebasan dan menimbulkan penindasan. Perang disebabkan oleh negara yang berselisih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun