Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menyoal Kekalahan Manchester United, Antara Jualan Basi, dan Tipu Daya The Glazers

20 September 2020   12:57 Diperbarui: 20 September 2020   13:01 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harry Maguire (tengah) berjalan gontai usai laga Man United vs Crystal Palace di Stadion Old Trafford dalam lanjutan pekan kedua Liga Inggris, Sabtu (19/9) malam atau Minggu (20/9) dini hari WIB. | Foto: AFP/ SHAUN BOTTERILL via Kompas.com

Untuk memahaminya lebih jauh, kita perlu paham apa saja yang jadi andalan MU untuk menghasilkan cuan di sektor komersial.

Sektor komersial ini paling besar ditunjang oleh kontrak sponsor dan penjualan merchandise. Selain itu, klub masih bisa mendapat pemasukan tambahan dari kegiatan tur pramusim, membuka sekolah sepak bola, acara coaching clinic, hingga menjual hak penamaan stadion.

Nah, perlu kita ingat bahwa MU adalah salah satu tim paling populer sedunia. Dalam hasil survei Results Sports, MU bertengger di posisi 3 klub dengan basis pendukung terbesar di dunia setelah Barca dan Madrid.

Bisa dibilang, kuantitas dan loyalitas pendukung MU jadi salah satu sebab klub ini tetap kaya. Ingat, sektor komersial jadi penghasil keuntungan terbesar MU dimana sektor ini sangat bergantung pada sponsor dan fans.

Klub tak ada mendapat uang dari hasil penjualan merchandise bila klub tersebut tak punya basis fans yang besar dan loyal. Bila diingat-ingat juga, MU adalah klub yang sering melakukan tur pramusim di luar Inggris, utamanya ke benua Asia setiap libur kompetisi.

Maka, bisa diasumsikan juga kalau fenomena ini ditunggangi pemilik MU beserta jajarannya untuk meraup cuan. Dengan menjual "nama besar" dan "loyalitas", tiap tahunnya MU tetap menghasilkan untung besar dari sektor komersial.   

Seperti yang terjadi sejak dini hari tadi hingga Minggu pagi dimana pendukung MU sangat berisik di media sosial. Hal-hal yang berkaitan dengan MU bahkan masuk trending twitter, dan di banyak media sosial lain, kekalahan MU tengah jadi olok-olokan.

Sialnya, pendukung MU sendirilah yang membuatnya viral. Sialnya lagi, ya itulah "jualannya" MU dan para pendukung setianya. Sebuah drama, ironi, nama besar, dan loyalitas yang selalu dijadikan jualan basi klub yang dimiliki The Glazers itu.

Masih dari data DMFL, MU juga masuk dalam daftar 3 besar klub dengan jumlah pengikut terbanyak di media sosial dengan Facebook sebagai penyumbang terbanyaknya dan Paul Pogba sebagai pemain dengan jumlah pengikut terbanyak.

Tangkapan layar Laporan Deloitte Football Money League 2019. | foto: Dokumen Pribadi
Tangkapan layar Laporan Deloitte Football Money League 2019. | foto: Dokumen Pribadi
Bisa diasumsikan lagi, bahwa semakin viral MU di media sosial, semakin bertambah pula pendukung MU yang bakal diikuti pula oleh semakin tingginya haters. Serta semakin besar pula pundi-pundi uang yang dihasilkan dari media sosial.

Maka, dari sinilah keuntungan MU dapatkan. Sialnya, baik menang ataupun kalah, MU dan para pendukungnya selalu bisa menghasilkan "keramaian" yang bisa dijual. Ini juga yang jadi jaminan sponsor mau menanamkan modal besar beserta bonus ke dalam kantong The Red Devils.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun