Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sejarah Membuktikan, Menjadi Kaya Belum Cukup untuk Menjuarai Liga Champions

18 Februari 2020   08:11 Diperbarui: 18 Februari 2020   08:16 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trofi Liga Champions (sportsnet.ca)

Seperti yang ramai diperbincangkan beberapa hari ini, klub kaya raya Manchester City baru saja menerima sanksi dari UEFA karena melanggar aturan Financial Fair Play (FFP). Akibatnya, rival sekota MU itu dilarang tampil di kompetisi Liga Champions selama 2 musim berlaku mulai musim depan.

Namun penulis tidak akan membahas terlalu dalam soal soal FFP itu sendiri. Bagi pembaca yang ingin memahami cara kerja aturan FFP bisa membaca kembali tulisan saya soal rules tersebut di tulisan saya sebelumnya.

Berbicara mengenai Liga Champions, kompetisi antarklub eropa paling bergengsi ini memang menjadi primadona. Sebuah klub eropa baru bisa mentasbihkan diri sebagai klub terbaik eropa jika sudah mendapat trofi si kuping besar itu. Tak peduli hasil bagus di kompetisi lokal, apabila bisa menjadi juara Liga Champions sebuah klub bakal selalu diingat kesuksesannya.

Itu juga yang menjadikan The Citizen bersiap mengajukan banding ke CAS agar dapat berkompetisi di Liga Champions musim depan. Selain karena gengsinya, hadiah kompetisi yang diterima klub juga besar. Lolos ke babak kualifikasi saja sudah mendapat komisi apalagi menjadi juara, belum lagi uang dari hak siar yang bakal diterima klub yang jumlahnya besar. Bayangkan saja, Liga Champions tidak hanya ditonton di eropa saja namun juga di seluruh dunia.

Atas dasar itulah berbagai klub telah mencoba berbagai cara untuk mendapat trofi si kuping besar. Nah, salah satu caranya adalah memperkuat tim dengan barisan pemain terbaik dunia yang direkrut dengan kekuatan finansial yang kuat. Itu juga yang sebenarnya terjadi selama hampir dua dekade ini, dimana banyak tim kaya bermunculan demi menjadi klub terbaik.

Masuknya miliarder dunia yang berinvestasi atau mengakuisi sebuah klub eropa itulah yang membuat terciptanya aturan FFP. Pasalnya FFP tak hanya mencegah sebuah klub kolaps namun juga mencegah pemilik klub serakah di bursa transfer pemain.

Tapi menjadi kaya raya dan mengumpulkan pemain terbaik dari seluruh dunia nyatanya tak cukup untuk bisa menjadi juara Liga Champions. Ada yang bilang, uang tak bisa membeli trofi Liga Champions. Kompetisi paling bergengsi di eropa itu memang punya magis yang unik.

Dalam daftar 10 klub terkaya dunia yang dirilis Deloitte Footbal Money League, Barcelona dan Real Madrid masih menjadi jawaranya. Di puncak klasmen klub terkaya, Barca dan Madrid dibuntuti Manchester United di posisi ketiga. Klub Jerman, Bayern Munich ada di posisi keempat di atas klub kaya Prancis, PSG. Di posisi keenam hingga kesepuluh dihuni oleh Manchester City, Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan Juventus.

Bisa dilihat dalam daftar tersebut, klub-klub Liga Inggris sangat mendominasi. Liga Inggris memang menawarkan pesonanya, dimana mereka mampu menarik banyak investor kaya ke dalam kompetisi. Namun sayangnya sejarah membuktikan pengoleksi trofi Liga Champions terbanyak adalah klub asal Spanyol dengan koleksi 18 trofi. Inggris sendiri ada di posisi kedua dengan 13 trofi lalu disusul Italia dengan 12 trofi.

Fakta dari daftar rilisan klub terkaya dunia itu, ada 3 klub yang belum pernah menjadi juara Liga Champions. Adalah PSG, Man City, dan Tottenham Hotspur yang berstatus klub kaya tapi belum pernah sekalipun mengangkat si kuping besar. Perbedaan besar yang membedakan mereka dengan 7 klub lainnya adalah catatan sejarah prestasinya.

Tottenham Hotspur menjadi yang paling menyedihkan. Spurs yang kini diasuh Jose Mourinho bertransformasi menjadi klub kaya sejak dimiliki ENIC Group sebagai pemegang saham mayoritas. Sejak itu mereka mendatangkan pemain terbaik mulai dari Hugo Lloris, Cristian Eriksen, hingga Son Heung-Min. Tapi nyatanya koleksi trofi mereka tidak bertambah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun