Sudah lama tak menyapamu Guinevere  !
Dalam kata terbesit asa untuk berjumpa
Serupa surat mengawali waktu kembali bertemu
Masih ingatkah kau pada sore hari ?
Menapak tilas raya sembari memainkan jemari
Perjumpaan di taman taman bunga yang kau petik
Membawanya  pulang sebagai hiasan dinding kediamanmu
Bisakah aku melihat rambutmu yang bergelombang ?
Kau tampak cantik meski setiap helainya sudah bersandar pada orang asing
Mampukah aku mendengar lantunan irama tak beraturan dari bibir manismu ?
Saat kau bercerita mengalahkan suara bisingnya kendaraan berlalu lalang
Sungguh Guinevere, Â kadang harus ku lawan bahwa !
Mencintaimu suatu simbol pelanggaran Undang Undang kekaisaran
Pesanmu meyempatkan aku berhutang rindu
yang tak mungkin  jelas ku diskusikan
Aku adalah peragu  tak tertolong untuk urusan mengungkapkan perasaan cinta
Mungkin benar, terlalu banyak kuperhitungkan !
Aku hanya jadi perancang  strategi yang mengelilingi meja market pertempuran
dan tak pernah serius terjun bertempur di lapangan
Aku sering menjadi perencana pertempuran, aku tak terlibat di dalamnya
Bahkan juga menjadi perencana pertempuran yang tak pernah ada
Pada sisa sisa pertempuran kekaisaran romawi
Berjuta kenangan lahir setelah butir butirnya merasakan mati
Guinevere,
Layaknya samudera di sudut pulau terpencil
Kehadiranmu telah menembus dan melewati musim
Sedang aku masih menunggu
Ttd, Muhammad Irfan Fauzi
14 Februari