Mohon tunggu...
Irfan Fauzi
Irfan Fauzi Mohon Tunggu... Guru - Berbagi tanpa harus mencaci

seorang pembelajar dan murid bagi banyak guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bunyan : Dulu, Kini, dan Nanti

10 Juni 2020   07:26 Diperbarui: 10 Juni 2020   08:45 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi tanah di sekitar sekolah

Oleh Irfan Fauzi,

Guru Fisika SMAIT Bunyan Indonesia

Ada lebih dari 15 jenis tanah yang tersebar di Indonesia, seperti tanah latosol, tanah pasir, tanah liat, tanah podzolik dan masih banyak lagi. Tapi, tanah yang saya injak hampir lima tahun lalu, entah jenis tanah yang mana. Yang jelas, warnanya coklat dan kemerahan. Sebagian kekuningan. Seperti tanah bata. Atau mungkin tanah abang. Namun bukan nama pasar yang popular itu. Pastinya, tanah yang saya injak berada di Kawasan Setu, Kabupaten Bekasi. Kita anggap saja tanahnya berjenis tanah latosol.

Ini cerita pertama kali ketika saya berkunjung ke sebuah sekolah yang didirikan di atas  tanah latosol tersebut satu dekade silam. Tanah latosol itu jika di guyur hujan lebat, tanah jadi becek dan belok. Bahkan cenderung tidak subur. Namun, banyaknya kerikil bebatuan serta pepohonan rindang menjadikan tempat ini cukup nyaman untuk dikunjungi. Terlebih jika kita mengamati lebih dalam, ada peradaban kecil yang ingin dibentuk dari tempat bertanah becek dan belok ini.

Hampir dua ratusan santri tinggal di sekolah tersebut. Mulai dari mandi, cuci, kakus, makan, minum dan tentunya belajar baik Alqur’an, ulumul syar’i, hingga sains, semua dilakukan di tempat yang sama. Sekolah ini bernama Pesantren Mimbar Huffazh. Ceritanya panjang, kenapa ada nama ‘mimbar’ dan ‘huffazh’. Belum lagi, ada satu nama unit di pesantren yang memiliki nama berbeda, yaitu SMAIT Bunyan Indonesia. Jadi ada pesantren Mimbar Huffazh dan sekolah Bunyan Indonesia.

Bingung? Saya pun dulu seperti itu, hingga akhirnya tahun 2017 saya bergabung menjadi salah satu pengajar di SMAIT Bunyan Indonesia. Ratusan kali penjelasan membuat saya paham mengenai perbedaan dua nama. Pendirinya memegang orisinalitas konsep dan historis sehingga tetap mempertahankan kedua nama tersebut. Mimbar huffazh mewakili historisitas Pendiri. Sedangkan Bunyan merepresentasikan idealisme pendidikan pewakaf tanah yang kelak menjadi penasehat Yayasan.

Intinya, sekolah ini berusaha menjadi tanah. Tanah yang subur, meski tanah latosol sendiri (kontur tempat sekolah berdiri) tidak terlalu subur. Namun, sekolah berusaha menjadi anomali kesuburan ditengah kekeringan akhlaq dan tauladan di lembaga pendidikan lainnya. Mereka berusaha menjadi tanah yang memastikan setiap sendi kehidupan yang berdiri di atasnya harus tumbuh dan berkembang, bahkan terus menuai dan menebar benih-benih kebaikan. Jangan tanya kapan panen, karena layaknya petani, yang selalu menerka waktu panen, meski kadang gagal panen, mereka terus saja berikhtiar menanam dan menebar benih, meski harus gagal panen.

Kondisi tanah saat hujan, licin dan belok
Kondisi tanah saat hujan, licin dan belok

Jika kalian pernah berkunjung ke sekolah ini, saya mafhum apa yang ada di benak kalian. Akses menuju sekolah cenderung sempit, gedung berlumut, bahkan beberapa atap sempat bocor sebelum akhirnya di ganti berkali-kali. Sekolah akan bersih Ketika para santri melakukan piket setiap hari. Tidak ada Office Boy, hanya para santri dan guru yang terus menjaga kebersihan sekolah. Meski demikian, para santri tetap betah tinggal dan menimba ilmu dari para guru yang ikhlas membagikan ilmu-ilmunya.

Ikhlas mungkin menjadi salah satu kunci kenapa sekolah cum persantren ini tetap berdiri. Saya yakin, hanya guru yang memiliki hati ikhlas yang mampu bertahan di lingkungan ini. Bayangkan, sekolah ini belum memiliki begitu banyak santri serta fasilitas yang ‘seadanya’, tapi idealisme yang diterapkan tidak main-main. Generasi cerdas beradab, ulama – pejuang, serta hafidz saintis. Tiga jargon yang menjadi spirit para punggawa sekolah yang nyaris sempurna jika ini tercapai.

Santri melakukan upacara pagi
Santri melakukan upacara pagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun