Mohon tunggu...
Irfani syafi'udin
Irfani syafi'udin Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Penyuka baper akan kenangan ~ #SineasSingle - Educational Technology, State University of Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Dalam Jiwa Vespa, Kau di Sisi

10 April 2016   14:21 Diperbarui: 10 April 2016   18:35 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="ilustrasi flickriver.com"][/caption]Kau masih saja membuatku iri. Tentang bagaimana caramu yang tak pernah takut akan hari esok. Tentang bagaimana caramu mengganti marah dengan tawa, kemudian menguapkannya beriringan kepulan asap rokok.

Aku pernah bertanya, siapa guru bijakmu? Namun kau tak pernah menjawabnya. Hanya isyarat senyuman ke arahku, kemudian menatap lurus ke depan.

***

         Sore ini aku datang lagi. Di tempat ini, tempat di mana kita pertama kali bertemu. Saat itu, aku yang sedang terpuruk akan hidupku. Tentang kisah perselingkuhan ayahku, tentang kakakku yang tertangkap atas penggunanaan narkoba, dan tentang diriku, remaja labil yang karena kecerobohan diri menanggung sakit nan malu. Aku positif mengidap AIDS yang baru kuketahui sebulan yang lalu. Lantas, bagaimana dengan ibuku? Aku sendiri pun tak tahu. Aku telah meninggalkan rumahku, kota kelahiranku, menuju sebuah pulau eksotis nan indah, tempat yang menjadi tujuan wisatawan lokal hingga mancanegara.

         Aku ingat saat pertama kali kita mengenal, kau menawarkan berbagai merek makanan ringan, air mineral serta bungkusan rokok kepadaku. Sementara aku sendiri sedang duduk melamun di tepian pantai. Kutaksir umurmu dua tahun lebih di atasku. Awalnya aku tak berniat membeli, tapi ketika kulihat peluh keringat di pelipih dahimu, sedang barang daganganmu yang masih banyak tersisa, aku pun memilih sebungkus rokok mild berwarna putih dan sebotol minuman isotonik.

        Saat itulah, kau mengubah hidupku. Dalam percakapan kita, kau memberiku beragam kisah inspirasi dan motivasi. Absurd memang, hanya dengan sebuah kisah, lantas bisa mengubah hidupku. Tapi, itulah yang kurasakan. Kau mengajariku bahwa dunia ini sangat luas. Aku merasa malu, ternyata aku terlalu bodoh jika harus terus berdiam diri. Meratapi setiap permasalahan yang datang menghampiri.

        Hari demi hari, kita semakin dekat. Kau tak pernah sekalipun jijik berteman denganku, atau bahkan menghindariku. Padahal kau tahu sendiri, orang sepertiku sudah dianggap hina oleh masyarakat. Kau bahkan tak pernah malu mengajakku pergi bermain bersama teman-temanmu.

       Ditemani si Bobi, motor vespa kesayanganmu, kau selalu mengajakku bertemu dengan dunia baru. Dengan dunia yang selalu mengubah pola pikirku, bahwa dunia ini sangat indah, terlalu luas jika kita hanya merenungi permasalahan diri. Aku ingat ketika kita berkemah di tepi pantai, kemudian kau mengajakku melihat seekor ibu penyu yang sedang menetaskan telur secara langsung. Atau ketika kau mengajakku mengunjungi panti jompo, memberi pelayanan ekstra kepada kakek nenek, mengibur mereka sejenak untuk melupakan kesedihan. Lantas, aku pun teringat ibuku. Sejenak aku merindukannya.

      Namun, tiba-tiba seakan semua sirna. Kau menghilang entah ke mana. Nomor handphone-mu tak lagi bisa dihubungi, teman-temanmu juga tak ada yang mengetahui. Aku linglung, seakan kehilangan pegangan diri, dirimu yang selama ini aku anggap orang penting dalam kisah perjalanan hidupku, orang yang telah mengubah hidupku ke arah yang baik, tetapi pergi meninggalkan tanpa pesan perpisahan. Kau hanya meninggalkan Bobi, motor vespamu di depan kosku. Hal ini justru semakin membuat diri ini merasa kehilanganmu.

       Aku terpuruk, entah dalam beberapa hari setelah kepergianmu, aku tak ingin keluar kos. Tak ada penyemangat dalam hidup. Padahal, banyak dari teman-temanmu berkunjung, mencoba menemani untuk sekedar menghibur diri. Kadang dari mereka mengajak keluar, walau hanya bersantai di tepi pantai untuk mencari udara segar.

     Lambat laun, aku mulai terbiasa tanpamu. Berkat teman-temanmu yang tak pernah lelah mencoba menghiburku. Aku menyadari, ada jiwamu dalam diri mereka. Mungkin saat kau menemukan mereka, sama persis saat menemukanku, terpuruk akan kisah hidup lalu dengan beribu caramu, kau mengubahnya menjadi lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun