Mohon tunggu...
Jalaluddin Irfan Fuadi
Jalaluddin Irfan Fuadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

You never fail until you stop trying

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wayang Krucil, Riwayatmu Kini

4 Maret 2021   13:53 Diperbarui: 5 Maret 2021   10:56 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Eksistensi Seni Tradisional di Masa Modern 

Kondisi zaman berkembang dari masa ke masa. Kemampuan dan skill manusia mengalami mengalami pergeseran secara progesif. Hampir semua bidang kehidupan berubah ke arah yang lebih maju. Bidang seni, budaya, teknologi, pertanian, mengalami kemajuan. Asalnya sederhana berubah menjadi lebih kompleks dan update. Demikian pula dengan seni dan budaya mengalami perubahan dalam hal pemaknaan dan kontekstualisasi.

Eksistensi seni tradisional di tengah zaman modern ini tengah berjuang keras mempertahankan keberadaannya di tengah gempuran daya tarik peminat yang kian hari kian mengecil. Di saat teknologi media elektronik belum berkembang seperti saat ini, minat orang terhadap seni tradisional masih tinggi. Antusias masyarakat terhadap pagelaran seni tradisional saat itu sangat besar untuk datang menikmati sebagai penonton dan peminat seni untuk mendapatkan manfaat berupa hiburan maupun nilai panutan.

Pada zaman teknologi informasi belum berkembang seperti saat ini, pagelaran seni tradisonal semacam wayang, ketoprak, sandur ludruk dan lainnya menjadi  ajang menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Baik informasi yang datang dari penguasa maupun informasi dan aspirasi secara horizontal dari masyarakat luas.

Untuk kesenian wayang misalnya, dalang sering menyampaikan informasi dan wejangan tentang pelajaran hidup di sela-sela lakon yang dimainkan ketika pagelaran wayang berlangsung. Media hiburan pagelaran wayang kulit, wayang krucil dan wayang lainnya saat itu nyaris belum ada saingannya. Di zaman itu di tahun 70-an dan 80-an masyarakat belum banyak punya radio dan televisi apalagi gadget berupa handphone seperti saat ini.

Di era modern yang dipenuhi dengan penggunaan gadget modern seperti komputer, HP, laptop dan lainnya pagelaran seni tradisional semacam wayang tidak diminati secara massal seperti zaman ketika teknologi gadget belum maju. Kini, minat masyarakat pada seni dan budaya tradisional hanya berupa klangenan saja. Atau selingan untuk hiburan semata.

Asal usul Wayang Krucil 

Menurut sumber tertentu wayang krucil itu dikreasikan oleh pangeran Pekik dari Surabaya. Maka bisa dipahami jika saat ini banyak daerah-daerah di sekitar Surabaya yang tetap melestarikan tradisi pertunjukan wayang krucil, diantaranya Bojonegoro, Lamongan, Tuban dan Sidoarjo dikarenakan  kedekatan geografis dengan Surabaya. Cerita yang dipakai dalam wayang krucil umumnya mengambil dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah jawa sekalipun. Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati (srepegan). Namun, ada kalanya wayang krucil menggunakan gendhing-gendhing besar, seperti wayang krucil keraton Surakarta yang seluruh badannya terbuat dari kulit. Jumlah Wayang Krucil ada 73 Buah (1 set Lengkap).

Upaya Pelestarian di Wilayah Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban

Suara yang mendayu-dayu dalam melantunkan suluk menjadi ciri khas yang dilakukan oleh Ki Kromorejo, dalang wayang krucil yang usianya lebih dari setengah abad dalam mementaskan lakon Babad Siroloyo di Desa Margorejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pementasan tersebut merupakan bagian dari ruwatan sebuah keluarga agar terhindar dari kesialan (sengkolo). Itulah salah satu gambaran pagelaran wayang krucil di wilayah Kecamatan Kerek kabupaten Tuban, daerah di mana penulis dilahirkan.

Kesenian Wayang Krucil (wayang terbuat dari kayu) merupakan salah satu kesenian warisan leluhur di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Di zaman modern ini wayang warisan leluhur tersebut masih eksis di tengah-tengah kesibukan masyarakat dengan gadget dan teknologi yang semakin canggih ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun