Hari ini sudah masuk di penghujung Ramadan, semua orang sibuk dengan segala aktifitas di dalam menyambut Lebaran. Hari kemenangan tinggal menghitung hari, namun kita tidak boleh melalaikan sepuluh malam terakhir di bulan suci ramadan.
Sepuluh malam pertama, merupakan malah rahmat. Sepuluh malam kedua, merupakan malam penuh ampunan. Dan Sepuluh malam ketiga, terbebas dari api neraka. Apibila kita konsisten didalam menyempurnakan setiap malam ramadan, ganjaran luar biasa akan kita dapatkan dari Allah Swt, termasuk dimalam-malam ganjil sepuluh terakhir, dihadiahi oleh Allah yaitu malam Lailatul Qadar atau malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Challange menulis selama tiga puluh hari bersama Kompasiana, sudah memasuki hari ke-25. Tema yang diberikan pada hari ini adalah Cerita Mudik. Sontak kepala ini langsung mengingat beberapa memori tentang mudik atau balik kampung bersama orang terdekat dan keluarga.
Motoran, Balik Kampung  Bersama Saudara Ke Sumatera Barat
Tradisi mudik alias balik kampung merupakansebuah kebiasaan yang sering dilakukan oleh orang-orang yang sedang berada di perantauan. Mereka memanfaatkan momen hari lebaran sebagai momentum untuk mudik ke kampung halaman, agar bisa merayakan Idul Fitri bersama orang-orang terdekat dan terkasih.
Balik kampung juga sering dilakukan didalam keluarga kecilku, waktu kecil mungkin masih lengkap dilakukan bersama kedua orang tua. Namun, setelah itu kami sangat jarang untuk melakukan mudik karena butuh persiapan dana yang lebih untuk bisa merealisasikannya.
Hingga tiba satu momen, dimana kami semua sudah dewasa dan memiliki penghasilan masing-masing. Sudah lama kiranya kami satu keluarga tidak balik kampung ke rumah gadang milik Ibuk di Kota Bukittinggi, Desa Kamang Tarusan.
Dulu tempat itu tidak terkenal atau tidak pernah banyak orang yang tahu. Namun, setelah tempat itu dijadikan sebagai lokasi syuting film "Tenggelamnya Kapal van Der Wijck" yang dibintangi oleh pasangan aktor Herjunot Ali bersama Pevita Pearce. Kini tempat itu ramai dikunjungi oleh masyarakat, baik dari warga setempat maupun luar kota atau pendatang.
Kami bersepuluh merencanakan Mudik ini jauh-jauh hari agar bisa terealisasi dengan baik, sesuai dengan rencana awal. Semua saudara telah menyepakati keputusan dengan antusias dan semangat. Terlihat dari cara aktifitas masing-masing kakak dan abangku menyimpan duit untuk tabungan agar bisa mudik satu keluarga.
Rencana yang telah disusun adalah semua anggota keluarga perempuan, yang memiliki anak agar berangkat terlebih dahulu menggunakan travel. Sedangkan yang masih lajang dan baru nikah belum punya anak, kami sepakat untuk naik motor konvoi sama-sama menuju kampung halaman orang tua dari pihak Ibu. Biasanya sering dilakukan oleh orang minang, banyak balik kampung ke rumah orang tua dari pihak Ibu.