Mohon tunggu...
Irfan Fandi
Irfan Fandi Mohon Tunggu... Menulis dan Membaca adalah suatu aksi yang bisa membuat kita terlihat beda dari orang yang disekitar kita

Email : irvandi00@gmail.com || Suka Baca dan Nonton Film || Pekanbaru, Riau ||

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen: Rindu Ibu di Bulan Ramadan

22 Maret 2025   23:25 Diperbarui: 23 Maret 2025   00:20 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana masak didapur dengan adik Ibu (sumber foto : dokumentasi pribadi)

Suasana malam yang dingin memberikan sensasi yang luar biasa pada waktu itu, semua anggota keluarga tertidur pulas. Seorang lelaki paruh baya duduk di kursi diruangan keluarga sambil menatap nanar kearah ruangan kamar dengan lampu yang temaram.

Didalam kamar terbaring seorang perempuan yang kuat, memiliki daya juang yang hebat. Ia sedang mengalami komplikasi, memiliki anak sepuluh dan berjuang untuk melawan penyakitnya agar bisa bertahan hidup dan menemani tumbuh besar bersama anak-anaknya.

Tuhan berkata lain, tepat tahun 2002 ia pergi meninggalkan anak-anaknya dan suami tercinta. Seluruh keluarga besar mengikhlaskan agar ia tidak merasakan kesakitan yang lebih sakit lagi untuk bertahan. Tiada daya upaya bagi kami sekeluarga untuk melihat ia menahan rasa sakit setiap hari didepan mata kepala.

Ramadan pertama tiada ibunda tercinta

Setiap hari setelah kepergian ibunda tercinta, kami selalu datang untuk berkunjung ke pemakamannya. Kami masih didalam rasa duka yang mendalam, seperti kehilangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Aku tidak akan pernah menyangka hidup seberat ini tanpa Ibu, semua kebutuhan dan pekerjaan rumah akan kami lakukan bersama-sama secara gotong royong. Berbagi tugas dengan jadwalnya masing-masing terkadang membuat hidup terasa lebih berat. Tapi kami harus lalui itu semua, guna untuk kemandirian dan pelajaran untuk di masa yang akan datang.

Dua bulan kepergian ibu, kami merasakan kesepian yang lebih terdalam lagi. Banyak cerita yang ingin aku dan saudara-saudara yang lainnya sampaikan. Tapi jarak dan waktu tidak lagi sama seperti sedia kala. Aku menyadari itu dan kami semua harus bisa melewatinya.

Ramadan pun tiba, bulan yang penuh harapan, keberkahan dan kesucian didalamnya. Setiap momen Ramadan datang, selalu ada tradisi dirumah yang tidak pernah kami lewatkan yaitu balimau. Mengusap air ke rambut sebanyak tiga kali dengan bacaan alfatiha, sholawat dan doa untuk menyambut bulan Ramadan.

Namun tradisi itu berubah, dengan cara datang mengunjungi tempat peristirahatan terakhir dari Ibunda tercinta. Kami beramai-ramai datang satu keluarga, hanya untuk mengunjungi, membersihkan dan memberikan doa yang baik kepada mendiang Ibunda tercinta.

Aku dan yang lain memiliki harapan doa yang sama "Semoga Ibu didalam liang kubur, mendapatkan limpahan rahmat dan kasih sayang Allah yang tiada pernah terputus sedikit pun dari doa anak-anaknya." Ucapku dalam hati.

"Berikan Ibu tempat yang lapang, jangan pernah ia merasakan kepanasan melainkan kesejukan didalamnya, permudahkanlah segala urusannya ketika menghadap para malaikat dengan berbagai pertanyaan yang harus dijawabnya." Tambah doaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun